Jadi Tempat Rakornas LPBINU, Ini Profil Pesantren Al-Hamidiyah Depok
Sabtu, 3 Juni 2023 | 01:00 WIB
Pesantren Al-Hamidiyah berada dalam naungan Yayasan Islam Al-Hamidiyah. Foto ini dibidik pada 2014 silam. (Foto: NU Online/Musthofa Asrori)
Depok, NU Online
Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Depok, Jawa Barat, menjadi tempat Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBINU) dengan tema Ekologi Spiritual: Upaya Merawat Jagat Membangun Peradaban selama tiga hari, Jumat-Ahad (2-4/6/2023).
Pesantren Al-Hamidiyah merupakan pesantren yang didirikan oleh KH Ahmad Syaikhu pada 1988. Ia pernah menjabat sebagai pengurus PBNU dan Ketua DPR-Gotong Royong periode 1966–1971. Hal tersebut dijelaskan oleh Kepala Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah Depok, Prof KH Oman Fathurahman.
“Didirikan oleh KH Ahmad Syaikhu pada tahun 1988. Beliau sendiri yang memimpin langsung. Waktu itu dihadiri peresmiannya oleh Menteri Agama Munawir Sjadzali,” ujarnya saat ditemui NU Online di Pesantren Al-Hamidiyah Depok, Jumat (2/6/2023) malam.
Prof Oman menceritakan bahwa saat pertama berdiri baru ada Tsanawiyah, Aliyah, dan yayasan. Sementara sekarang sudah bertambah satuan pendidikannya, mulai Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), Taman Kanak-Kanak (TK), Taman Pendidikan Qur'an (TPQ), Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT), hingga Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Hamidiyah.
“Nah, yang paling penting juga Pesantren Al-Hamidiyah mencoba untuk memadukan antara kurikulum pesantren salaf dengan kurikulum pesantren modern,” terangnya.
“Jadi, kita mencoba untuk membangun satu citra bahwa Pesantren Al-Hamidiyah yang diwariskan oleh Kiai Syaikhu ini mencoba menggabungkan antara pelajaran kitab kuning dengan materi-materi umum termasuk penguatan Bahasa Arab, Bahasa Inggris, yang memang sekarang ini sangat dibutuhkan,” sambung Prof Oman.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa jargon yang menjadi ciri khas di Pesantren Al-Hamidiyah yaitu Santri Kitab, yang merupakan singkatan dari K artinya komunikatif, I (inovatif), T (terbuka), A (argumentatif), dan B (berintegritas).
“Ini semuanya nilai-nilai yang dari waktu ke waktu, dari mulai zaman Kiai Syaikhu terus ke putranya juga, pengasuh di yayasan, para kiai yang pernah memimpin sebelumnya. Ini diakumulasi supaya bisa tetap survive memberikan kemanfaatan kepada masyarakat,” ungkapnya.
“Maka kita punya slogan yang sering kita sampaikan itu, kita juga perlu menyemai kemaslahatan dan menebar kemanfaatan kepada sekeliling kita. Itu gambaran umum Kiai Syaikhu,” tandas Prof Oman.
Guru Besar Filologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menjelaskan bahwa Kiai Syaikhu merupakan santri Mbah Ma'shum Lasem. Dari sanalah silsilah keilmuannya. Tentu nyambung sampai ke Syaikhona Cholil Bangkalan, bersama dengan Hadratussyekh Hasyim Asy'ari dan juga murid dari Syekh Nawawi Banten.
“Jadi, kita ini senang sekali bisa mensupport kegiatan PBNU, karena memang sekali lagi seperti saya katakan di awal, Pesantren Al-Hamidiyah ini bagian dari ekosistem NU secara keseluruhan yang dibangun oleh para kiai. Mudah-mudahan bisa terus bermanfaat,” pungkasnya.
Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Musthofa Asrori