Jaringan Sufisme di Jalur Rempah sebagai Akar Kosmopolitanisme Islam Nusantara
Rabu, 21 April 2021 | 00:01 WIB
Jakarta, NU Online
Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdhlatul Ulama Indonesia (Unusia) bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menggelar Lecture II yang mengangkat tema Tradisi dan Jaringan Sufisme di Jalur Rempah: Akar Kosmopolitanisme Islam Nusantara. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring pada Sabtu (24/4) pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai.
Diskusi ilmiah ini mengetengahkan pembicara yang menekuni kajian sejarah dan Islam Nusantara. Dalam hal ini, kajian itu lebih khusus di bidang sejarah kosmopolitanisme Islam bidang tarekat yang beririsan dengan jalur rempah yang menghubungkan Nusantara dengan dunia internasional.
Seminar yang akan dipandu Filolog Unusia Ahmad Ginanjar Sya’ban ini menghadirkan Martin van Bruinessen (Peneliti Tarekat Asia Tenggara dan Turki), M. Maksum Machfoedz (Rektor Unusia) dan Ahmad Suaedy (Dekan Fakultas Islam Nusantara Unusia).
Para peserta yang hendak mengikuti seminar tersebut dapat mendaftar melalui formulir berikut bit.ly/lecture2-FINUNUSIA. Kegiatan ini juga dapat diikuti melalui siaran langsung di kanal Youtube Unusia TV.
Dekan Fakultas Islam Nusantara Unusia Ahmad Suaedy menjelaskan bahwa diskusi ini menjadi pemantik dalam rangka membicarakan nuansa kosmopolitanisme Islam yang tercermin lewat jejaring penganut tarekat yang luruh dalam perbincangan historis seiring berjalannya waktu.
“Salah satu tujuan diselenggarakannya diskusi ilmiah ini adalah mengingatkan publik bahwa jejaring tarekat adalah keniscayaan yang terbangun di Nusantara yang salah satu pendorongnya adalah perdagangan rempah Nusantara ke pasaran dunia,” katanya.
Dalam peta ekonomi jalur sutera, yang terbentang sejak masa-masa awal masehi (bahkan sebelumnya), Nusantara hampir pasti tercatat sebagai lokus penting yang dikunjungi para saudagar dari seantero belahan dunia.
Terdapat irisan lain yang justru tidak banyak diungkap dalam proyek besar reaktualisasi jalur rempah, yakni tentang dunia tarekat. Sejak Abad Pertengahan, Ordo Sufi telah terbentuk di Nusantara dan mempunyai relasi yang kuat dengan dunia internasional.
Para sufi menjadi agen penyebar Islam dan ada pula yang bertindak sebagai saudagar. KH Saifuddin Zuhri dalam bukunya Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia (1981) telah menyebutkan bahwa para ulama pendakwah Islam di Nusantara berprofesi ganda, yakni sebagai pedagang dan pendakwah.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad