Jelang Debat Keempat Cawapres: Pangan Jadi Faktor Penting Keamanan dan Stabilitas Negara
Selasa, 9 Januari 2024 | 12:30 WIB
Jakarta, NU Online
Debat keempat untuk calon wakil presiden (cawapres) 2024 yang berlangsung pada Ahad (14/1/2024) mendatang akan membahas tentang pangan sebagai salah satu subtema. Tema lengkap debat keempat cawapres yaitu pembangunan berkelanjutan, lingkungan hidup, energi, sumber daya alam, pangan, agraria, masyarakat adat dan desa.
Menurut Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), M. Najib Azca, persoalan pangan sangat krusial mengingat pangan merupakan hal penting bagi negara dalam menciptakan keamanan dan stabilitas negara.
Najib mengatakan, jika pangan terpenuhi, keamanan dan stabilitas negara tidak mungkin dapat terganggu. Sehingga, menurutnya seluruh warga masyarakat perlu untuk terhindar dari ancaman-ancaman tersebut.
"Ketika suatu negara tidak memiliki supply pangan yang konstan, yang stabil, itu bisa menjadi sumber instabilitas di dalam," katanya pada Kamis pekan lalu.
"Harga beras misalnya sekarang berapa 10 ribu, jadi 20 ribu ini bisa memicu kerusuhan, bisa memicu konflik," lanjutnya.
Najib juga menerangkan bahwa aspek keamanan negara bukan semata-mata soal menciptakan ketertiban umum. Akan tetapi juga harus menyelesaikan soal ketahanan dan keamanan pangan untuk seluruh rakyat Indonesia.
"Meskipun memang sekarang isunya semakin luas konsep security sekarang ini dipahami lebih luas lagi, ada apa namanya ini soal food security (keamanan pangan)," kata Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.
Ketahanan pangan Indonesia
Ketahanan pangan Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2022, meskipun jika dibandingkan dengan periode 2018-2020, masih tercatat pada tingkat yang lebih rendah.
Peningkatan ini tercermin dari data Global Food Security Index (GFSI) tahun 2022 yang mencapai 60,2, naik dari angka 59,2 pada tahun sebelumnya. Meskipun demikian, dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, pencapaian terbaik ketahanan pangan Indonesia tercatat pada tahun 2018.
Meskipun mengalami peningkatan, ketahanan pangan Indonesia pada tahun 2022 menempati peringkat 69 dari 113 negara, berada di bawah rata-rata global yang mencapai 62,2. Rata-rata ketahanan pangan di kawasan Asia Pasifik juga lebih tinggi, yaitu sebesar 63,4.
Indonesia, yang dikenal sebagai negara agraris, memiliki mayoritas tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2023, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mencapai 40,69 juta orang atau 29,36 persen dari total pekerja.
Meskipun demikian, Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian Indonesia tetap rendah. Sehingga dampak untuk pertumbuhan perekonomian Indonesia hanya sebesar 12 persen, lebih lagi bahwa Indonesia negara yang agraris ini masih rajin impor soal beras, gula, dan daging sapi.
*) Judul dan redaksi berita ini telah direvisi pada Selasa, 9 Januari 2024, pukul 17.10 WIB.