Jelaskan Hakikat Dakwah, Gus Mus: Pahami Zaman, Tujuan, dan Sasarannya
Kamis, 14 Maret 2024 | 13:15 WIB
Jakarta, NU Online
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) mengingatkan pentingnya memahami zaman dan konsep dakwah dalam menyampaikan pesan agama.
Menurut Gus Mus, dakwah tidak hanya sekadar mengajak, tetapi juga melibatkan pemahaman tentang tujuan, dan target dari dakwah tersebut.
"Harus tahu, paham tentang zamannya. Dia harus paham apa dakwah itu, siapa yang sasaran dakwah, apa tujuan dakwah, apa target dakwah itu harus dikuasai semua," jelasnya dalam tayangan Eksklusif Gus Mus: Prinsip & Hakikat dakwah Eps. 1 | Kisah para Pendakwah Edisi #1 ditayangkan di kanal Youtube NU Online, dikutip pada Kamis (14/3/2024).
Gus Mus menyebut, dakwah memiliki makna mengajak yang bermula dari firman Allah yaitu ud'u ila sabili rabbika (serulah ke jalan Tuhanmu).
"Di situ, kita perhatikan tidak ada maf'ul bih-nya. Yang diajak siapa? Kalau ngajaknya ila sabili rabbika (ke jalan Tuhanmu), yang diajak ya orang yang belum (berada) di sabili rabbika (jalan Tuhan)," tuturnya.
Ia menyebut, dakwah harus dilakukan dengan hikmah dan pengajaran yang baik, serta mengutamakan ajakan sebelum perintah atau larangan.
Mengambil contoh dari Rasulullah, Gus Mus menekankan bahwa dakwah tidak hanya melalui kata-kata, tetapi juga melalui perilaku yang baik. Rasulullah mengajak dengan diamnya, dan ketika berbicara, kata-katanya selalu menarik dan bijaksana.
"Kanjeng Nabi itu diamnya saja mengajak. Diamnya itu menarik orang, apalagi bicaranya. Kanjeng Nabi itu dakwahnya bukan hanya dengan lisan, tapi juga dengan perilaku. Kanjeng Nabi kalau mengajak sesuatu yang baik beliau contohkan dulu dengan dirinya sendiri," papar kiai kelahiran, Rembang 10 Agustus 1944 itu.
Lebih lanjut, Gus Mus juga membedakan konsep antara dakwah dan amar makruf nahi mungkar. Amar makruf nahi mungkar dilakukan kepada mereka yang sudah berada di jalan Tuhan, sedangkan dakwah ditujukan kepada mereka yang belum mengenal jalan Tuhan.
"Demikian pula amar makruf nahi mungkar itu sesudah dakwah. Jadi beda-beda. Orang sekarang itu mencampuradukkan antara dakwah dengan amar makruf nahi mungkar. Amar makruf nahi mungkar itu dalam komunitas yang sudah di jalan Tuhan. Sebelum di jalan Tuhan, diajak ud'u ila sabili rabbika," papar Gus Mus.
Karena itu, penting menggunakan hikmah dalam dakwah, sebagaimana yang dilakukan para wali yang mengikuti pedoman firman Allah.
"Sebetulnya, wali-wali itu juga menggunakan pedoman firman Allah, ud'u ila sabili rabbika wal-mau'izatil-hasanati. Di antara hikmah itu mengajak orang dengan hikmah itu, ya seperti Kanjeng Nabi mengajak," ujarnya.
Menurutnya, dakwah juga harus disesuaikan dengan akal dan budaya orang, sebagaimana yang diajarkan Rasulullah.
"Disesuaikan dengan akalnya orang disesuaikan dengan kultur, Kanjeng Nabi kan, begitu. Jadi makanya, kalau kita baca banyak tafsir, al-hikmah itu artinya Sunnatur Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam," pungkasnya.