Nasional

Mushaf Al-Qur'an yang Paling Disukai Masyarakat Indonesia Tahun 2015

Ahad, 25 Agustus 2019 | 00:00 WIB

Mushaf Al-Qur'an yang Paling Disukai Masyarakat Indonesia Tahun 2015

Ilustrasi (bimasislam.kemenag.go.id)

Saa hati mulai terasa gelap, saat jiwa terasa hampa, kering dan gersang maka Al-Qur'an bisa menjadi lampu penerang dan air penyejuknya. Al-Qur'an adalah oase bagi ketenteraman hati manusia, pintu gerbang menuju kelapangan jiwa, dan kebahagiaan hidup bagi siapa saja membacanya. 
 
Nabi Muhammad Saw bersabda "Tidaklah berkumpul sebuah kaum di salah satu rumah Allah, mereka membaca kitab Allah dan mempelajarinya, kecuali akan turun ketenteraman kepada mereka, diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh para malaikat dan Allah akan menyebut mereka ke hadapan makhluk di sisi-Nya." (HR Muslim).
 
Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki dalam kitabnya Abwâbul Faraj, Dârul Kutub al-Ilmiyyah, (Beirut, 1971, halaman 73) menyebutkan bahwa orang yang menyibukkan dirinya membaca Al-Qur'an akan memiliki berbagai macam keistimewaan. Salah satunya ialah, mereka diakui sebagai keluarga Allah (ahlullah) dan orang keistimewaannya yang terpilih, rumah yang dibuat untuk membaca Al-Qur'an akan dihadiri malaikat. Penghuni rumah akan merasakan bahwa rumahnya menjadi luas, membaca Al-Qur'an terdapat kebaikan yang sangat banyak. Dengan membaca al-Qur'an, orang akan menjadi baik. Dan, membaca Al-Qur'an bisa menjadi obat hati. 
 
Dewasa ini, akses untuk mendapatkan sebuah mushaf Al-Qur'an semakin mudah. Banyak toko buku dan kitab, baik offline maupun online yang menjual Al-Qur'an, tentunya dengan harga yang sangat ekonomis. Jenis dan ukuran Al-Qur'an pun saat ini sangat bervariasi, dari ukuran yang besar hingga ukuran yang pas disaku baju. Bahkan ada Al-Qur'an yang sudah dijilid juz per juz. Selain itu tersedia pula aplikasi Al-Qur'an bagi pengguna Smartphone. 
 
Pertanyannya, mushaf Al-Qur'an yang seperti apakah yang menjadi idola bagi masyarakat Indonesia? Untuk menjawabnya, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kemenag pada tahun 2015 telah melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih mushaf Al-Qur’an. 
 
Di Indonesia sendiri sejak tahun 1984 telah memiliki pedoman baku baku yang menjadi acuan dalam pentashihan dan penerbitan Al-Qur’an di dalam negeri. Kegiatan penelitian tersebut merupakan kelanjutan dari penelitian tahun 2011 dan 2012 yang mengambil objek penelitian tentang Penggunaan Mushaf Al-Qur’an Standar di Masyarakat. Hasilnya, secara umum penggunaan mushaf Al-Qur’an di masyarakat masing cukup tinggi.
 
Variabel yang menjadi alat ukur dalam penelitian ini terdiri atas sembilan aspek; kualitas tulisan, kualitas produk, penerbit (merek), kemasan atau fitur, harga, ketersediaan, acuan, konten, dan promosi serta mencari model jenis tulisan yang paling diminati oleh masyarakat.
 
Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, dengan jumlah sampel yang sebanyak 850 dari enam provinsi di Pulau Jawa yaitu Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DI Yogyakarta dengan jumlah populasi sebanyak 130.651.037 jiwa. Lokasi penyebaran angket dilakukan berdasar pada IPM (indeks pembangunan manusia) yang telah ditetapkan BPS (Badan Pusat Statistik). Dan, sampel telah diambil dari wilayah dengen mempertimbangkan daerah yang memiliki IPM tinggi, sedang, dan rendah.
 
Jumlah responden seluruhnya adalah 753 responden dengan masing-masing berjumlah 212 responden dari Provinsi Jawa Barat, 200 responden dari Jawa Timur, 149 dari Jawa Tengah, 108 responden dari Banten, 50 responden dari Yogyakarta, serta 34 responden dari DKI Jakarta. 
 
Dalam laporan penelitian berjudul Kecenderungan Masyarakat Indonesia dalam Memilih Mushaf Al-Qur'an Standar Indonesia (Pulau Jawa) 2015 tersebut menemukan bahwa kualitas tulisan bukanlah 
satu-satunya faktor yang memengaruhi masyarakat dalam memilih mushaf Al-Qur’an. Akan tetapi juga kemasan atau fitur, kualitas produk, penerbit, kualitas tulisan, ketersediaan, konten, harga, acuan dan promosi menjadi faktor yang memengaruhi masyarakat dalam memilih mushaf Al-Qur’an. 
 
Kemudian jenis tulisan mushaf yang paling diminati masyarakat adalah Tipe B, yaitu penyesuaian Mushaf Madinah karya Usman Taha. Fakta ini juga membuktikan bahwa telah terjadi pergeseran minat masyarakat dalam memilih jenis tulisan. Dahulu cenderung pada tulisan yang relatif tebal, sedangkan dewasa ini lebih banyak yang memilih jenis tulisan lebih tipis.
 
Maka Kementerian Agama, dalam hal ini Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, direkomendasikan perlunya membuat untuk master mushaf Al-Qur’an dengan huruf yang tipis, sebagai alternatif pilihan bagi para penerbit mushaf di Indonesia.
 
Penulis: Kifayatul Akhyar
Editor: Kendi Setiawan