Tradisi Molang Areh Eratkan Harmoni Lintas Agama di Madura
Rabu, 16 Oktober 2019 | 18:00 WIB
Molang areh, secara umum menjadi arus besar kebudayaan yang bisa ditemukan di empat kabupaten Pulau Madura. Peneliti menegaskan bahwa peristilahan tradisi molang areh dari satu kampung ke kampung lainnya memiliki peristilahan yang berbeda, namun substansi pelaksanaanya serupa.
Penelitian yang didukung dengan bantuan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Dit PTKI) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama RI tahun anggaran 2018 ini memaparkan gambaran bahwa dalam tradisi molang areh yang masih dilestarikan oleh masyarakat Madura untuk mengekspresikan rasa syukur atas kehadiran seorang bayi. Molang areh senantiasa dijaga sebab muatan kekhidmatan dan kedalaman rasa tradisi ini membawa masyarakat Madura tetap menjaga kesakralan tradisi tersebut.
Molang areh tidak melihat dan tidak dimiliki oleh satu agama, melainkan melebur di tengah-tengah beragam identitas agama di pedalaman Desa Polagan. Dari situ, ajaran perdamaian bisa dilaksanakan secara sederhana. Pusaran kesadaran menjadi titik sentral dalam menanamkan semangat damai antarsesama.
Indonesia masih tetap kokoh berdiri sampai hari ini tidak lain karena memiliki pilar dasar perdamaian yang sudah lama tersemai. Bahkan, menjadi warisan leluhur yang turun-temurun. Kini, semua warisan tersebut hanya membutuhkan sentuhan rasa dan perhatian untuk mengembangkan sesuai konteks zaman.
Kerukunan umat beragama di Republik ini menjadi salah satu pilar perekat bangsa. Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang mampu menyatukan keragaman dalam ikatan kuat falsafah dasar negara. Penelitian fokus mengamati dan mengeksplorasi hubungan bermasyarakat (hablu min al-nas) penduduk dengan keyakinan (agama) berbeda di Desa Polagan Galis Pamekasan, Jawa Timur. Kawasan yang masih merupakan tanah Indonesia.
Tali ikat keragaman beragama yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia sedianya perlu dihadirkan kepada wajah dunia. Apalagi, dalam babakan ini, dunia melihat Indonesia dianggap sebagai kawasan paling toleran antar pemeluk agamanya. Berbeda dengan kehidupan beragama di luar negeri, keretakan harmoni sosial muntah begitu saja. Lalu, bergulir menjadi perang dan pertumpahan darah. Kedamaian seperti menjadi sesuatu yang bernilai. Di saat, semua orang mulai diliputi rasa benci dan amarah membabi buta.
Bahasa orang-orang desa adalah bahasa alam. Sehingga, dalam perjalanannya, miniatur kultur dan ritual keagamaan (baik sebagai sebuah kewajiban hamba kepada Tuhan atau kemanusiaan) yang dilaksanakan oleh orang-orang perdesaan berdasar faktor warisan leluhur.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua