Lamongan, NU Online
Majelis balaghah marhalah ulya Musabaqah Qiraatil Kutub Nasional (MQKN) 2023 tampak santai. Dewan hakim memberikan waktu yang cukup leluasa bagi peserta sebelum mulai membaca maqranya guna tampil setenang dan sesantai mungkin. Ketidaktenangan hanya akan menimbulkan masalah bagi peserta itu sendiri dalam penampilannya.
Hal ini terasa betul dampaknya bagi salah seorang peserta bernama Dalla Ismaratud Dariah. Meski masih tampak sedikit keragu-raguan dan kegugupannya saat tampil, paling tidak perasaan itu sudah banyak berkurang.
“Dewan hakim bikin relaks dan tenang lagi,” ujar santri Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haurkuning, Selopa, Tasikmalaya, Jawa Barat itu kepada NU Online pada Ahad (16/7/2023).
Baca Juga
Berikut Daftar Peserta Finalis MQKN 2023
Penampilan yang menurutnya kurang memuaskan itu membuatnya tidak menyangka bisa menjadi terbaik kedua pada ajang MQKN 2023. Karenanya, ia sangat berterima kasih dengan seluruh pihak yang telah membantu membawanya sampai ke atas panggung pengumuman juara MQKN 2023 itu. Ia juga memohon maaf kepada segenap guru di pesantrennya serta ofisial dari Jawa Barat karena tidak tampil sempurna dan belum bisa menjadi juara pertama.
“Mohon maaf hanya ini yang bisa saya dapatkan, tidak lebih. Alhamdulillah bisa sampai ini,” ujar dara kelahiran Ciamis 19 tahun yang lalu itu.
Saat tampil, Dalla membaca maqra nazam kitab Jauhar Maknun karya Syekh Abdurrahman al-Akhdhari dengan lancar. Namun, saat sesi tanya jawab dengan dewan hakim, kegugupannya kian kentara sehingga jawabannya pun kurang berterima.
Berbeda dengan Dalla, rekan sepondoknya, Tri Anwar Nawawi tampil dengan percaya diri. Mengaku sudah mengaji keseluruhan kitab yang dilombakan itu menjadikannya tampil nyaris tanpa kendala. Kesilapan baca membuatnya tergelincir menjadi terbaik kedua.
“Ada pembacaan yang saya keliru,” katanya.
Meskipun demikian, ia mengaku bersyukur bisa tampil di ajang tertinggi bagi para santri ini. Nawawi pun menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukungnya sampai menjadi terbaik kedua itu.
“Alhamdulillah terima kasih semua. Semoga apa yang diperjuangkan menjadi amal jariyah,” katanya.
Ia menceritakan bahwa memang pengajian balaghah di pesantren masih kurang dalam penerapan pada contoh keseharian. Gurunya lebih banyak memberikan contoh yang tertera dalam kitab saja. Karenanya, penyampaian dewan hakim banyak memberikan perspektif baru baginya.
“Tidak terlalu banyak penerapan. Hanya sebatas wawasan teori. Banyak pelajaran berharga dari MQKN ini,” ujar pria kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat 21 tahun yang lalu itu.
Hanya saja, guru dan kiainya kerap menunjukkan contoh-contoh atas pembelajaran balaghah itu saat mengaji kitab tafsir. Ayat-ayat tertentu dijelaskan pula sebagai bentuk balaghah. “Baru ngaji tafsir diperlihatkan contoh-contoh balaghah,” katanya.
Lebih lanjut, Nawawi menceritakan bahwa pengajian bidang balaghah ditempuhnya setelah menamatkan hafalan atas matan nazam Jauhar Maknun. Memperluas cakrawala pemahamannya atas kitab tersebut, ia juga mengaji kitab Hilyatul Lubbil Mashun dan Jawahirul Balaghah.
“Awal mula ngaji Balaghah itu harus hafadz dulu matannya. Sebelum hafal balaghah kita harus hafal nahwu Alfiyahnya,” ujarnya.
Sebelumnya, ia juga harus menamatkan hafalan dan pemahamannya yang mendalam atas bidang nahwu, khususnya kitab Alfiyyah Ibnu Malik. Guna memperluas wawasannya atas kitab tersebut, ia kerap membaca syarahnya, mulai dari Syarah Ibnu Aqil, Hasyiyah Khudlari, Ibnu Hamdun, dan Dahlan Alfiyah.
Menurutnya, mengaji balaghah tanpa memahami secara mendalam atas bidang nahwu dan sharaf hanya akan menimbulkan pemahaman yang tidak tepat. Lingkungan pesantrennya sendiri menuntutnya untuk senantiasa mendaras dan memahami pembelajaran secara mendalam dengan mutalaah.
MQKN jadi motivasi mengaji
Dalam kesempatan yang sama usai menerima penghargaan, Nawawi menyebut bahwa adanya MQKN ini mendorong para santri agar lebih memaknai dan mengkaji secara mendalam atas kitab-kitab yang dipelajari.
Ia pun meminta agar sistem MQKN ini dipertahankan. Penilaian yang langsung dimasukkan dalam sistem meminimalkan berbagai prasangka. Ia mengaku sangat puas atas kebijakan tersebut.
"Memuaskan karena sekarang langsung diinput IT langsung. Memberikan nilai apa yang ada di depan mereka lihat. Saya berterima kasih atas apa yang mereka lakukan,” katanya.
Terlebih, dewan hakim balaghah juga menunjukkan sikap yang terbuka sampai memberikan waktu kesempatan bagi peserta untuk mendapatkan ketenangan.
Dalla dan Nawawi berhak mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp10 juta. Ditanya perihal penggunaannya, Dalla masih tampak bingung. Sementara Nawawi tegas menjawab akan menggunakannya untuk kurban dan berbagi dengan rekanan dan guru-gurunya di pesantren.