Jakarta, NU Online
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, di tahun 2019 tak sedikit tokoh dan ulama NU yang menjadi panutan umat Islam wafat. Berikut ini beberapa kiai NU yang wafat, disusun berdasarkan bulan kewafatannya.
Maret, KH Fadli Badjuri
Kiai yang berusia seratusan tahun lebih ini wafat di kediamannya, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (14/3) sekitar pukul 05.45. NU Online menerima kabar tersebut dari Ketua Lesbumi Kabupaten Bandung, Dadan Ahmad Hamdani. KH Fadli Badjuri merupakan seorang yang berusia panjang, yaitu 112 tahun. Menurut salah seorang putranya, Abdul Fatah, dalam catatan keluarganya, sang ayah lahir bulan Maret tahun 1907. Sang ayah merupakan kiai kelahiran Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Leluhurnya memiliki pertautan dengan leluhurnya Syaikhona Kholil Bangkalan, gurunya Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari.
Pada usia muda, KH Fadli Badjuri merantau ke Jawa Barat mengikuti saudaranya yang mengelola rumah makan terkenal di Kota Bandung pada zamannya, Rumah Makan Madrawi. Rumah makan tersebut pernah disambangi para pemimpin dunia yang hadir pada Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955, di antaranya Gamal Abdul Naser (Mesir) dan Jawaharlal Nehru (India). Penulis
Mei, KH Tolchah Hasan
KH Tholchah Hasan, Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), berpulang ke haribaan-Nya pada Rabu (29/5) siang atau bertepatan dengan hari ke 24 Ramadhan 1440 H. Kiai Tolchah merupakan Menteri Agama pada era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan aktif sejak muda di NU. Pada Muktamar NU ke-33 tahun 2015, Kiai Tolchah juga salah satu kiai yang masuk dalam Ahlul Hali wal Aqdi. Ia juga pernah mengemban amanah sebagai Wakil Rais Aam PBNU mendampingi KH Sahal Mahfudh.
Ia dilahirkan di Tuban, Jawa Timur pada 1936. Ia merupakan seorang tokoh yang multidimensi, sebagai ulama, tokoh pendidikan, pegiat organisasi yang tekun dan juga seorang tokoh yang aktif di pemerintahan. Sebagai seorang ulama, Kiai Tolchah adalah sosok dengan keilmuan yang mendalam. Penguasaannya terhadap teks-teks agama ditunjukkan dengan aktivitasnya mengajar di pondok pesantren dan di berbagai perguruan tingi. Sebagai seorang tokoh agama ia juga mampu menciptakan pemikiran-pemikiran segar dalam pemahan terhadap agama. Buku populer yang ia tulis (disamping banyak karya yang lain) adalah Ahlussunnah wal Jamaah dalam Tradisi dan Persepsi NU.
Agustus, KH Maimoen Zubair
Pada pertengahan tahun ini, salah seorang tokoh sepuh dan merupakan Mustasyar PBNU KH Maimoen Zubair wafat di Tanah Suci Makkah pada Selasa 6 Agustus, pukul 04.17 waktu Arab Saudi. Kiai yang akrab disapa Mbah Moen tersebut tutup usia saat menjalankan ibadah haji.
Mbah Moen, kiai berusia 91 tahun ini berangkat ke Tanah Suci Makkah pada Ahad 28 Juli. Meskipun usia sudah lanjut, hampir tiap musim haji, pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar, Rembang, Jawa Tengah ini menunaikannya. Ia ingin meninggal di sana dan dikuburkan di sana, dekat dengan kelahiran Islam, di Ma’la. Dan ia ingin meninggal di hari Selasa. Semuanya terpenuhi sudah.
Saat Mbah Moen wafat, jagat media sosial Indonesia berduka. Warganet menyampaikan duka kehilangan mendalam melalui media sosial seperti Twitter, Instagram, dan Facebook. Mulai tokoh agama, politikus, santri, hingga masyarakat luas.
November, KH Abdurrahman Nawi
Ulama kharismatik Betawi Abuya KH Abdurrahman Nawi wafat pada pukul 13.35 di Pesantren Al-Awwabin sepulang dari Rumah Sakit Bakti Yudha Depok, Jawa Barat, Senin (18/11). Abuya KH Abdurrahman Nawi merupakan pengasuh Pondok Pesantren Al-Awwabin Depok. Ia dilahirkan di Tebet, Melayu Besar, Jakarta Selatan pada Jumat bulan Safar 1354 H bertepatan dengan tahun 1933 M. Ayahnya bernama H Nawi bin Su’id. Sementara ibunya bernama ‘Ainin binti Rudin. Jenazah alm KH Abdurrahman Nawi kini disemayamkan di Pesantren Al-Awwabin, Depok.
Abuya, sapaan akrabnya, merupakan ulama yang bergiat dalam berdakwah. Kesan publik dalam melihat kealiman Abuya sudah tidak diragukan, terutama karena produktivitasnya dalam menghasilkan banyak karya.
Karya-karya yang lahir dari berbagai macam cabang keilmuan seperti tauhid bernama Sullamul Ibad, nahwu bernama Nahwu Melayu, fiqh yang spesifik menjelaskan tentang tata cara berhaji bernama Manasik Haji, doa keseharian, bacaan salasilah tarawih, dan lain-lain. Ciri khas karya-karyanya adalah ditulis dengan bahasa yang sederhana sehingga masyarakat awam di Jakarta dapat memahami dengan lebih mudah sehingga banyak kalangan asatidz di Jakarta yang muncul sebab berkah mengaji kepada Abuya KH Abdurrahman Nawi.
Desember, KH Hilman Wajdi
Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang, Hilman Wajdi bin KH Hasyim Muzadi wafat dalam kecelakaan di Tol Pandaan-Malang, Jawa Timur. Kecelakaan terjadi di KM 63/A, sekitar pukul 03.00 WIB, Rabu (18/12). Kecelakaan terjadi di kilometer 63 Tol Pandaan-Malang tersebut melibatkan dua kendaraan yakni Kijang Innova dengan nomor polisi N 1261 DX yang ditumpangi Gus Hilman dan truk Nissan bernomor BX 8006 BV. Mobil yang ditumpangi Gus Hilman dikemudikan seorang sopir dalam perjalanan dari Surabaya menuju Kota Malang. Dikabarkan, sopir mengantuk sehingga menabrak truk Nisaan. Profil Singkat Gus Hilman Gus Hilman merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Ia mengembuskan masa remaja hingga dewasa dihabiskan dengan menimba ilmu. Tercatat, ia pernah mengenyam pendidikan di Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur.
Pewaarta: Abdulah Alawi
Editor: Fathoni Ahmad