Jakarta, NU Online
Usai Idul Adha atau lebaran haji, sejumlah anak lelaki ingin sunat atau khitan. Keinginan itu modusnya bermacam-macam. Ada yang karena teman sekolah telah berani khitan, ada pula yang karena keinginan pribadi. Namun, ada juga yang berkat nasihat orang tua.
Mengapa anak lelaki harus dikhitan? Setidaknya ada dua alasan. Pertama, karena ajaran agama atau budaya. Misalnya khitan menjadi kewajiban yang harus dilakukan umat Muslim (pria) atau budaya masyarakat tertentu mengkhitankan anak lelaki saat usia sekolah dasar. Kedua, karena alasan medis, yaitu mencegah berbagai penyakit yang dapat menyerang kelamin.
Tradisi sebagian adat dan budaya menganjurkan anak lelaki sebaiknya dikhitan sebelum memasuki usia remaja, atau bahkan pada saat balita. Namun, orang tua seringnya gamang menentukan kapan waktu yang tepat untuk anak lelaki dikhitan.
Pertanyaan kemudian, kapan usia tepat untuk khitan pada anak lelaki? Di Barat, ada perdebatan mengenai apakah khitan diperlukan secara medis, dan apakah khitan bermanfaat untuk kesehatan? Ada kesepakatan umum di antara penyedia layanan kesehatan bahwa manfaat khitan lebih besar daripada risiko terkait prosedurnya.
Dikutip dari halodoc.com, ada studi menarik yang bisa kita simak menyoal hal ini. Studinya dimuat Iranian Red Crescent Medical Journal, berjudul At What Age Range Should Children Be Circumcised?
Studi uji klinis tersebut dilakukan di rumah sakit afiliasi Erzincan University of Medical Sciences, Turki, pada tahun 2014. Anak-anak yang dikhitan dievaluasi dalam 3 kelompok usia, yaitu kurang dari satu tahun (grup 1), 1-7 tahun (grup 2), dan di atas 7 tahun (grup 3).
Hasilnya bahwa durasi pemulihan pasca-anestesi terpendek setelah intervensi bedah, dan waktu sampai keluar rumah sakit, biaya terendah, dan komplikasi anestesi paling sedikit, semuanya merujuk pada grup 1, yaitu kelompok anak yang kurang dari satu tahun.
Meskipun hampir semua anak kurang dari satu tahun dapat dibius dengan midazolam saja, sebagian besar anak lebih dari satu tahun membutuhkan ketamin atau anestesi umum.
Menurut studi di atas, melakukan khitan saat anak berusia kurang dari satu tahun dapat mengurangi risiko komplikasi akibat anestesi. Menariknya lagi juga dapat menurunkan biaya dibandingkan dengan melakukan prosedur pada anak yang lebih besar.
Baca Juga
Doa Khitan dan Keselamatan Anak
Hal yang perlu digarisbawahi, khitan pada anak baru lahir (newborn) tidak dianjurkan. American Academy of Pediatrics (AAP) tidak merekomendasikan khitan rutin untuk semua bayi lelaki yang baru lahir. AAP menyerahkan keputusan khitan kepada orang tua, dan mendukung penggunaan anestesi untuk bayi yang menjalani prosedur tersebut.
Manfaat Khitan
Banyak manfaat khitan yang bisa dirasakan oleh anak, khususnya saat anak sudah memasuki usia dewasa. Berikut manfaat khitan yang akan dirasakan para pria di masa dewasa.
Pertama, dengan melakukan khitan, anak lelaki akan lebih mudah membersihkan organ intim mereka saat mereka dewasa. Hal ini akan membuat kebersihan organ intim anak terjaga dan akan terhindar dari berbagai penyakit kelamin.
Kedua, mencegah terjadinya penyakit pada penis. Contohnya nyeri pada kepala atau kulup penis yang disebut fimosis.
Ketiga, mengurangi risiko terjadinya kanker penis dan kanker serviks pada pasangan.
Keempat, membuat kesehatan penis lebih terjaga, sebab penis yang dikhitan lebih mudah dibersihkan.
Kelima, khitan juga dapat membuat anak lelaki terhindar dari penyakit infeksi saluran kencing. Hal ini karena kulup pada penis dihilangkan. Biasanya, kuman akan bersarang pada kulup penis yang belum dikhitan.
Keenam, anak yang telah dikhitan akan terhindar dari berbagai masalah penyakit penis, seperti infeksi atau pun peradangan. Bahkan, beberapa penelitian juga menyatakan bahwa tindakan khitan dapat meningkatkan ketahanan tubuh dari penyakit seksual menular seperti HIV atau AIDS.
Nah, jadi kapan Ayah dan Bunda akan mengkhitankan anak lelakinya?
Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Muhammad Faizin