Nasional

Karnaval 1 Muharram, NU Kaliwungu Siap Bela Minoritas

Jumat, 16 November 2012 | 01:31 WIB

Kendal, NU Online
Ada yang berbeda dengan peringatan 1 Muharram di Kaliwungu, Kendal tahun ini. Menyambut tahun baru Hijriyah 1434, keluarga besar NU Kaliwungu menyelenggarakan pawai taaruf atau karnaval, tradisi penyambutan tahun baru hijriyah yang belum pernah diinisiasikan sebelumnya.<>Keluarga besar NU terdiri dari yang terdiri atas MWC NU, Muslimat, Fatayat, IPNU, IPPNU, serta LP Maarif Kaliwungu.

Pawai taaruf yang turut menghadirkan kelompok barongsai dari Semarang tersebut dilaksanakan pada Kamis (15/12) siang serta disupport penuh oleh seluruh keluarga besar NU Kaliwungu, terbukti, pawai taaruf diikuti oleh seratusan kontingen yang terdiri atas 11 pondok pesantren salafiyah, 20 Madrasah, 25 TPQ, dan 10 sekolah LP Maarif di Kaliwungu.

Tidak hanya diikuti oleh lembaga-lembaga pendidikan NU, pawai taaruf juga diikuti oleh pasukan dari seluruh BANOM (Badan Otonom) NU dari 10 ranting yang ada di Kaliwungu, total keseluruhan peserta pawai taaruf berjumlah dua-ribuan orang.

Ajang Promosi dan Kreativitas

Pawai taaruf tersebut disambut meriah oleh seluruh warga Kaliwungu yang berduyun-duyun memadati trotoar di Kaliwungu, mereka berdesak-desakan demi turut serta merasakan kegembiraan dan kemeriahan penyambutan 1 Muharram oleh peserta karnaval.

Hal itu dimanfaatkan oleh kontingen karnaval sebagai ruang untuk mempromosikan produk/program mereka, seperti yang dilakukan oleh kontingen dari PAC Muslimat NU Kaliwungu yang mempromosikan Rumah Bersalin sebagai kebanggaan terbesar ibu-ibu Muslimat NU Kaliwungu yang memang beberapa bulan terakhir ini memeras keringat demi terbangunnya Rumah Bersalin Muslimat NU ini. 

Tak mau kalah dengan ibu-ibu Muslimat, PAC GP. Ansor Kaliwungu juga turut mempromosikan program mereka dengan membagi-bagikan brosur pelatihan kerja kepada para warga Kaliwungu yang menonton karnaval.

Meriahnya pawai taaruf yang arak-arakannya melebihi 3 km tersebut didukung pula oleh bermacam kreativitas para peserta karnaval, seperti marching band yang bahkan dimainkan oleh salah satu rombongan santri putri, rebana, pramuka, pencak silat, hingga menari.

“Sepuluh tahun lalu, warga NU Kaliwungu pernah melaksanakan pawai semacam ini, meskipun bukan pada event suronan, karena lamanya kita tidak punya wadah berkreasi semacam ini, sehingga pelaksanaan pawai taaruf sekarang ini sangat meriah, kreativitas muncul dengan penuh totalitas” Tutur Saiful Hadi selaku ketua panitia.

Barongsai dan Gus Dur

Dengan membawa semangat tahun baru hijriyah, pawai taaruf tersebut mengusung isu-isu toleransi beragama sebagai bagian dari usaha peningkatan sikap toleransi di kalangan warga Kaliwungu. Beberapa spanduk yang dibawa oleh kontingen pun bercorak khas ke-Gus Dur-an sebagai ikon toleransi beragama, spanduk-spanduk tersebut berisi pesan-pesan seperti “NU Siap Bela Minoritas”, “Ngaji yang Bener, Supaya Tidak Jadi Teroris”, “STOP Kekerasan Atas Nama Agama”, dan masih banyak lagi.

Adanya kelompok barongsai dari Satya Budi Dharma, Semarang yang turut menjadi kontingen dalam pawai taaruf tersebut juga menguatkan pesan toleransi beragama yang diangkat. Bahkan, di beberapa titik jalan yang dilewati, terlihat beberapa orang Tionghoa yang ada di Kaliwungu turut menikmati kemeriahan pawai taaruf tersebut dan memberikan Angpao kepada Barongsai yang melewatinya.

Mengenai isu-isu toleransi beragama yang diangkat pada tema pawai taaruf tersebut, Saiful Hadi menuturkan bahwa Muharram tahun ini penuh dengan kerinduan terhadap Gus Dur. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa Muharram tidak hanya dimaknai sebagai peningkatan kualitas keimanan semata, tetapi juga harus selaras dengan peningkatan nilai-nilai kemanusiaan.




Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Amalia Ulfah



Terkait