Kasus Perundungan di Sekolah Terus Berulang, Ketua DPR: Ini Darurat
Selasa, 18 November 2025 | 18:15 WIB
Jakarta, NU Online
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Puan Maharani menyatakan bahwa sekolah di Indonesia kian marak terjadi perundungan. Perundungan itu, katanya, terjadi di segala tingkatan, mulai dari sekolah dasar hingga universitas.
"Kalau dikatakan ini darurat, saya bersama pimpinan mungkin juga sudah mengatakan ini darurat karena sudah terjadi kembali dan terulang kembali, katanya usai Rapat Paripurna DPR RI Ke-8 Masa Persidangan II Tahun Sidang 2025-2026, di Gedung Nusantara II, Kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta, pada Selasa (18/11/2025).
"Tentu saja kami dari DPR RI sangat prihatin bahwa jangan sampai terjadi dan terulang kejadian bullying yang ada di sekolah-sekolah Indonesia," tambahnya.
Puan menegaskan, akan meminta komisi terkait untuk memanggil kementerian terkait untuk segera mengkaji dan memanggil agar kasus serupa tidak dibiarkan berlarut-larut.
"(Nanti) mungkin juga melibatkan pihak profesional, psikolog, psikiater, pihak-pihak yang memang harus dilibatkan, jangan sampai ini terjadi karena pemuda-pemudi, pelajar, dan anak-anak Indonesia adalah generasi masa depan kita," jelasnya.
"Jadi tidak ada yang diperbolehkan, diperkenankan dari mereka kepada mereka melakukan hal-hal yang kemudian melakukan di antara mereka (berupa) kekerasan, apakah itu kekerasan fisik, kekerasan mental, ataupun kekerasan jiwa," jelasnya.
Kasus terbaru, seorang pelajar SMPN 19 Tangerang Selatan berinisial MH (13) menjadi korban perundungan hingga mengalami luka fisik dan trauma berat. Setelah menjalani perawatan di rumah sakit selama sepekan, MH meninggal dunia di rumah sakit pada Ahad (16/11/2025) pagi.
Bahkan, ledakan terjadi di SMAN 72 Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara, Jumat (7/11/2025). Peristiwa ini diduga dipicu oleh tindakan perundungan terhadap salah satu siswa.
Ledakan berlangsung saat khutbah Jumat sekitar pukul 12.30 WIB dan terjadi dua kali, masing-masing di musala dan di pintu belakang sekolah.
Insiden tersebut mengakibatkan sebanyak 96 siswa menjadi korban yang dibawa ke RS Islam Cempaka Putih dan RS Yarsi untuk menjalani pengobatan. Sementara kegiatan belajar dan mengajar menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh.