Nasional

Kasus TBC Masih Tinggi, LK PBNU Ingatkan Pengobatan Harus Tuntas

Senin, 17 November 2025 | 21:00 WIB

Kasus TBC Masih Tinggi, LK PBNU Ingatkan Pengobatan Harus Tuntas

Ilustrasi TBC. (Foto: NU Online/Freepik)

Jakarta, NU Online

 

Kasus tuberculosis (TBC) di Indonesia menempati peringkat kedua jumlah kasus tertinggi di dunia setelah India. Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, mengungkapkan bahwa pada tahun 2025 di Indonesia terdapat 1,09 juta kasus TBC, dengan lebih dari 700 ribu pasien telah menjalani pengobatan. Sementara itu, di DKI Jakarta tercatat 49 ribu warga yang terdampak penyakit menular tersebut.

 

Ketua Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LK PBNU) dr Zulfikar As’ad menegaskan bahwa tingginya angka penularan TBC tidak terlepas dari lemahnya kesadaran pengobatan tuntas.

 

“Terkadang ketika ada orang yang ciri-cirinya terkena TB, mereka takut untuk berobat, maka ketika kita menemukan ada seorang yang terkena penyakit TB, maka kita harus mengajaknya misalnya entah itu keluarga kita, tetangga kita, untuk berobat dengan sungguh-sungguh, dengan serius, jangan takut berobat,” ujar Gus Ufik, sapaan akrabnya kepada NU Online, Senin (17/11/2025).

 

Ia menekankan bahwa ketidaktegasan menjalani pengobatan dapat meningkatkan risiko penularan kepada orang sekitar.

 

“Faktor penularan biasanya berada di lingkungan yang padat, kurang ventilasi, dan keberadaan kelompok terkena risiko seperti tenaga medis, rumah yang sempit tapi penghuninya banyak,” katanya.

 

Terkait gejala awal TBC yang sering tidak disadari, Gus Ufik menjelaskan bahwa tanda-tanda umum sebenarnya dapat dikenali.

 

“Banyak batuk, keringat dingin, kemudian demam, berat badan yang menurun, tidak pernah fit, itu secara umum yang bisa kita temukan,” ujarnya.

 

Ia juga menekankan bahwa TBC tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi dapat menginfeksi organ lain sehingga pemeriksaan lebih lanjut sangat diperlukan.

 

“Begitu ada gejala-gejala itu, kita perlu mengajak ke rumah sakit atau puskesmas,” ucapnya.

 

Gus Ufik mengatakan bahwa anak-anak juga menjadi perhatian khusus karena kondisi fisik mereka yang belum berkembang sempurna. “Karena, di situ kan kondisi fisiknya masih belum, maka rentan terkena TB,” ujarnya.

 

Menurutnya, anak dengan kondisi kesehatan yang kurang baik akan lebih mudah terpapar, sehingga orang tua harus memastikan pola makan dan kebersihan anak terjaga.

 

Ia menyampaikan bahwa LKNU telah melakukan edukasi pencegahan di tingkat kabupaten dan kota. “Bagaimana cara menghidari supaya terjadinya penyakit itu. Dengan lingkungan yang baik, makan yang precis, aktivitas warga yang baik,” jelasnya.

 

Gus Ufik mengimbau masyarakat meningkatkan perilaku hidup sehat karena daya tahan tubuh yang baik menjadi benteng pertama melawan infeksi TBC.

 

“Perilaku hidup sehat yang harus kita utamakan. Mulai dari makan-makan yang baik, kemudian menjaga kapan saya istirahat, kapan bekerja, kapan berolahraga,” pungkasnya.