Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian, Jay Ahmad saat menyampaikan sambutan pada Rakernas Gusdurian tahun 2023 di Depok, Jawa Barat, Jumat (24/11/2023). (Foto: Gusdurian)
Depok, NU Online
Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian, Jay Ahmad mengungkapkan bahwa kerja-kerja pengorganisasian masyarakat yang dilakukan oleh Gusdurian merupakan upaya serius untuk membangun peradaban.
"Kerja-kerja pengorganisasian masyarakat yang dikerjakan oleh kawan-kawan Gusdurian itu adalah upaya-upaya yang sangat serius membangun peradaban," ujarnya pada pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Jaringan Gusdurian di Wisma Hijau, Depok, Jawa Barat, Jumat (24/11/2023).
Ia menegaskan bahwa Jaringan Gusdurian tidak hanya mengurusi isu toleransi saja, tetapi banyak isu lain yang dikerjakan oleh Jaringan Gusdurian. Misalnya empat tahun lalu, Jaringan Gusdurian mendeklarasikan Gusdurian peduli. Hal tersebut semakin menguatkan Jaringan Gusdurian terutama dalam kerja-kerja Kemanusiaan.
"Saya kira-kira kawan-kawan di Sulawesi Papua, salah satu yang dikerjakan tidak hanya soal toleransi, tetapi di luar Jawa masih banyak tambang yang perlu kita kawal betul karena tambang yang tidak berdampak betul pada masyarakat dan lingkungan di mana kita hidup. Artinya itu semakin menegasakan bahwa Gusdurian tidak hanya isu toleransi dan kerja-kerja jaringan Gusdurian," tegasnya.
Ia pun berpesan bahwa jaringan Gusdurian dalam melakukan kerja-kerja pengorganisasian, terutama pendampingan kasus, jangan berpikir menang kalah. Tetapi berpikir lebih besar dari itu, bahwa kerja-kerja soal organisasi masyarakat merupakan kerja-membangun peradaban.
"Bahwa soal menang dan kalah itu soal lain. Kalah menang adalah soal jalan, kalau menang kita tetap bergerak, kalau kalah apalagi. Sehingga kita tidak terlena, wah kita kalah kita sedih, kita menang, kita bahagia, tidak di situ," imbuhnya.
Lebih lanjut, ia mengisahkan apa yang diceritakan oleh Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian, Alissa Qotrunnada Wahid, ketika anak sulungnya menanyakan alasan ibunya sangat serius dengan Gusdurian. Toh, katanya, apa yang akan ibunya kerjakan dengan kawan-kawan Gusdurian itu belum tentu menikmati hasilnya.
Pertanyaan itu, menurutnya, sangat serius untuk anak sekolah. Jay menyampaikan bahwa menjawab pertanyaan itu, Alissa menganalogikannya dengan orang tua 50 tahun yang menanam pohon kelapa. Orang itu juga ditanya perihal alasan menanam pohon kelapa mengingat butuh waktu lama agar dapat berbuah, sedangkan belum tentu ia sendiri dapat menikmati hasilnya.
"Jawaban orang tua itu adalah saya menanam pohon kelapa ini tidak untuk diri saya, tetapi untuk keberlangsungan anak cucu saya dan masa depan bumi ini, di mana kita hidup. Dan itu juga yang dilakukan oleh ibu dan kawan-kawan untuk membangun peradaban," pungkasnya.