Ketika Gus Dur Pilih Tambal Kerah Bolong daripada Beli Kemeja Baru
Senin, 2 September 2024 | 10:00 WIB
Sleman, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Hj Alissa Qotrunnada Wahid, membagikan cerita mengenai kesederhanaan yang menjadi salah satu nilai utama yang diwariskan oleh sosok KH Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal sebagai Gus Dur.
Putri sulung Gus Dur tersebut mengungkapkan kesederhanaan hidup Gus Dur meskipun pernah menduduki jabatan tertinggi sebagai Presiden ke-4 Republik Indonesia. Alissa menegaskan bahwa hidup Gus Dur jauh dari kemelekatan terhadap materi.
"Kesederhanaan menjadi salah satu nilai utama yang diwariskan Gus Dur kepada kita. Beliau tidak pernah melekat dengan materi atau hal-hal yang bersifat duniawi, termasuk jabatan. Gus Dur selalu menggunakan apa yang ada, apa saja yang tersedia, itu yang dia gunakan," ujar Alissa dalam Kongkow bareng Gusdurian: Gus Dur, NU, dan Demokrasi di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, Sabtu (31/8/2024).
Alissa menceritakan salah satu kesederhanaan hidup Gus Dur tidak memusingkan penampilan luar atau pakaian mewah. Salah satu momen yang terekam jelas olehnya adalah ketika Gus Dur memilih untuk menambal kerah kemeja yang rusak dan mengenakannya kembali daripada membeli baju yang baru.
"Kalau dapat baju lengan panjang, dipakai terus, kalau kerahnya sudah rusak, bajunya yang lengan panjang dipotong jadi lengan pendek, terus dijahit jadi kerah. Baju-baju Gus Dur itu begitu-begitu saja. Tidak ada yang dari sutra atau apa. Bukan karena apa-apa, tapi buat beliau itu tidak penting," tambahnya.
Kesederhanaan Gus Dur juga terlihat dari bagaimana ia membawa barang-barangnya saat bepergian.
"Kalau pergi hanya membawa satu tas kecil. Isinya headphone. Belum tren headphone, beliau sudah punya headphone bagus-bagus karena beliau suka mendengarkan wayang. Tidak ada kemelekatan dalam hal harta atau materi sehingga beliau memang sederhana dari dalam dan tidak pernah menumpuk harta," ungkap Alissa.
Salah satu cerita lain yang juga menggambarkan kesederhanaan adalah ketika Gus Dur meminjam uang kepadanya.
"Waktu itu mintanya hanya 5 juta rupiah. Itu sebetulnya membuat saya bangga karena saya memiliki orang tua yang walaupun pernah menduduki jabatan tertinggi di negeri ini, beliau memang tidak kemudian menggunakan jabatannya untuk keuntungan pribadi," jelasnya.
Namun, Alissa juga merasa terpukul saat menyadari bahwa Gus Dur benar-benar tidak memiliki uang. "Saya terpukul, saya kok tidak tahu bahwa bapak nggak punya uang. Saya yakin sebetulnya banyak orang yang sowan terus memberi bisyaroh, tapi kebiasaan almaghfurllah adalah kalau mendapatkan sesuatu segera diserahkan kepada orang yang membutuhkan," ungkapnya.
"Saya terpukul, dan saya juga sakit hati karena saya tahu banget orang yang mengkhianati beliau atau menjual nama beliau hidupnya mewah," tutupnya.