Ketum GP Ansor: Pemimpin Harus Mampu Empat Unsur Tubuh dan Tiga Energi
Rabu, 28 Agustus 2024 | 09:00 WIB
Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda (GP) Ansor Addin Jauharudin saat memberi sambutan dalam acara Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) dan Kursus Banser Pimpinan (SUSBANPIM) di Pondok Pesantren Daarul Mughni Al-Maaliki Kab. Bogor, Jawa Barat, Selasa (27/8/2024). (Foto: TVNU/Ghufron)
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda (GP) Ansor Addin Jauharudin menyampaikan bahwa seorang pemimpin maupun seorang kader akan diuji kemampuannya dalam bahasa tubuh. Karenanya, bagi Addin, sosok pemimpin maupun kader organisasi harus mampu mengelola empat unsur dalam tubuh.
"Saya katakan, para kader, para pemimpin harus mampu memanage, mengelola empat unsur batang tubuh," ujarnya pada saat memberi sambutan dalam acara Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) dan Kursus Banser Pimpinan (SUSBANPIM) di Pondok Pesantren Daarul Mughni Al-Maaliki Kab. Bogor, Jawa Barat, Selasa (27/8/2024).
Addin menyebutkan empat batang tubuh tersebut. Pertama, kepala yang isinya adalah otak. Kedua, panca indra yang isinya mulut, telinga, mata, hidung. Ketiga, hati. Keempat, kaki.
Addin menjelaskan bahwa kepala menyimpan kemampuan-kemampuan strategis dalam pikiran, mampu melihat situasi perkembangan zaman dan merumuskan langkah-langkah serta strategi dalam sebuah organisasi.
"Bukan hanya pintar, namun juga punya kecerdasan organisasi. Ini namanya manajemen isi kepala," terangnya.
Kedua, lanjutnya, seorang kader maupun pemimpin harus mampu mengelola manajemen panca indra. Menurutnya, seluruh panca indra itu memiliki penyaringan. Sehingga untuk menjadi seorang kader yang andal tentunya tidak boleh asal menerima segala sesuatu kemudian menjadikannya keputusan. Saat mendengar, melihat, atau mencium sesuatu maka harus mengecek terlebih dahulu kebenarannya.
"Dan demikian juga mulut kita, kita jaga asal jangan sembarangan bicara," tegasnya.
Ia kemudian mengatakan bahwa siapa yang mampu menguasai dan menata panca indranya maka dia akan berhasil dalam kepemimpinannya.
Di samping itu, seorang pemimpin juga harus punya kekuatan hati, yakni dapat menata kepemimpinan hatinya secara baik. Sebab, dalam menjalankan organisasi seseorang harus punya power alias energi besar dalam tubuh.
Ia lantas mencontohkan sosok Gus Dur dan Sukarno yang telah menjadi orang besar karena telah mampu membangkitkan energi besar dalam dirinya.
Selain power, lanjutnya, dalam melangkah seseorang butuh kecepatan atau speed. Ini ia jelaskan sebagai maksud unsur tubuh yang keempat, yakni kaki. Jika seseorang lambat dalam bertindak, maka akan berisiko ketinggalan momentum.
Dalam menggapai berbagai momentum, jelasnya, seseorang akan membutuhkan akurasi atau ketepatan dalam pengambilan keputusan. Dengan begitu, menurutnya, untuk menentukan keputusan yang besar, perlu kolaborasi antara kemampuan, momentum, dan konsistensi.
Terakhir, ia menyampaiakan bahwa untuk membangun energi besar seseorang harus mengelola tiga energi. Pertama, jika Ansor dan Banser bergerak maka siapapun akan takut dan gemetar dengan gerakannya. Hal itu ia sebut sebagai energi kinetik.
Jika Ansor maupun Banser mampu mengambil kebijakan yang dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi NU, bangsa dan negara, maka ia menyebutnya sebagai energi potensial.
Sementara itu, jika kekuatan Ansor Banser bersatu padu hingga mampu menggerakkan dunia, maka ia memyebutnya sebagai energi mekanik.
"Maka sahabat-sahabat sekalian, mari, kita kelola tiga energi besar yaitu energi kinetik, energi potensial, dan energi mekanik agar menjadi energi besar," pungkasnya.
Kontributor: Husnul Khotimah