Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengapresiasi peluncuran Asosiasi Youtuber Santri Indonesia (Aysi) yang diresmikan bertepatan dengan peringatan Haul Emas ke-50 Pendiri NU KH Abdul Wahab Chasbullah, pada Selasa (22/6) malam.
Aysi adalah komunitas santri untuk mengembangkan dakwah digital melalui kanal youtube dan platform media sosial lainnya. Visinya, menjadi komunitas dakwah digital santri yang kreatif, inovatif, profesional, dan rahmatan lil alamin. Sementara itu terdapat beberapa misi yang akan dilakukan Aysi dalam mencapai visi.
Pertama, mewujudkan komunitas santri yang adaptif terhadap perkembangan teknologi digital. Kedua, memperkuat peran santri dalam mewujudkan dakwah digital yang ramah dan solutif. Ketiga, melaksanakan pelatihan pembuatan konten digital yang kreatif dan marketable.
Keempat, melaksanakan pelatihan teknis dalam memproduksi konten dakwah digital yang inovatif berstandar broadcast. Kelima, melaksanakan siaran bersama untuk memperkuat edukasi dan syiar keagamaan. Keenam, menciptakan santri entrepreneur yang profesional, dinamis, dan agamis.
Menurut Kiai Said, saat ini dunia sudah memasuki era 5.0. Sebuah peradaban digital yang tengah menjadi keniscayaan. Peradaban digital ini mengubah tatanan kehidupan karena ketergantungan terhadap teknologi. Hal tersebut memaksa semua pihak untuk segera berbenah diri.
“Kita harus ijtihad, kreatif, cerdas, dan tanggap dengan segala perubahan. Mari kita kejar. Kita masih ketinggalan jauh dalam hal ini. Alhamdulillah peluncuran Aysi, mudah-mudahan menjadi bukti bahwa (pesantren) Tambakberas mengejar ketertinggalan atau tidak mau ketinggalan walaupun masih jauh dari yang kita harapkan kalau dibandingkan dengan kemajuan yang ada di luar negeri,” tegas Kiai Said.
Kemajuan teknologi informasi di ranah digital membuat Kiai Said merasa prihatin. Sebab karakter, jati diri, dan kedaulatan bangsa harus bersiap menghadapi ancaman baru di saat negara-negara dunia menjadi tanpa batas.
“Karena keterbukaan komunikasi informasi memungkinkan manusia menjadi komunitas global, sehingga narasi radikalisme dan liberalisme mampu masuk secara intensif ke dalam setiap pribadi melalui berbagai platform,” tutur Pengasuh Pesantren Luhur Al Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan itu.
Kiai Said mengingatkan bahwa saat ini manusia hidup di era globalisasi sehingga berpotensi terpengaruh oleh radikalisme hingga ke terorisme dan liberalisme sampai ke sekularisme, bahkan ateisme.
“Itu karena kecanggihan teknologi yang sangat luar biasa. Tidak usah pergi dari rumah, tidak keluar dari kamar, hanya buka internet apa pun bisa dicari. Manusia akan dicetak di situ. Kalau kita tidak hati-hati maka kepribadian dan jati diri akan hilang sebagai Muslim Ahlussunnah wal Jamaah atau sebagai warga bangsa Indonesia,” kata Kiai Said mengingatkan.
Ia meminta Nahdliyin untuk mampu memadukan antara teknologi spiritualitas dan humanitas agar tidak terjebak pada pertarungan global yang melahirkan kolonialisasi gaya baru. Ditegaskan, NU harus bisa mewujudkan peradaban smart people yang bisa menjawab tantangan zaman, bukan hanya sebagai objek dari pasar dalam kompetisi global.
“Oleh karena itu, digital talent dan cyber army harus diperbanyak dan diperkuat agar mampu mewujudkan kedaulatan digital di Indonesia, terutama kita warga NU,” pungkas Kiai Said.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Syamsul Arifin