Ketum PBNU Diundang India untuk Jelaskan Konsep Indonesia Kelola Kemajemukan
Selasa, 10 Desember 2024 | 15:00 WIB
Pertemuan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dan Dubes India untuk Indonesia Sandeep Charkravorty di Kantor PBNU, Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Selasa (10/12/2024) siang. (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Najib Azca mengatakan bahwa Ketua Umum (Ketum) PBNU KH Yahya Cholil Staquf diundang oleh pemuka agama India. Gus Yahya diminta untuk menyampaikan konsep mengenai pengelolaan Indonesia atas kemajemukannya.
Najib mengungkapkan, undangan tersebut disampaikan langsung oleh Duta Besar India untuk Indonesia Sandeep Charkravorty saat berkunjung di Kantor PBNU, Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Selasa (10/12/2024) siang.
"Mereka mengatakan bahwa pengalaman Indonesia ini belum banyak diketahui di India, pengalaman dan model umat Islam Indonesia mengelola minoritas, mengelola kemajemukan itu belum diketahui oleh orang-orang di India baik Muslim maupun non-Muslim," katanya.
"Justru ini yang ingin disampaikan dan diwartakan kepada publik mengenai pengalaman Indonesia katakanlah dianggap istimewa itu," lanjut pengajar Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
Di sisi lain, Najib juga menyebutkan dalam pertemuan antara Gus Yahya dan Sandeep membahas soal pengelolaan dan penyikapan dalam kehidupan bernegara antara mayoritas dan minoritas dalam hal beragama.
Baca Juga
Relasi Ulama India dan Nusantara
"Pak Dubes juga tadi menyampaikan keprihatinannya dan itu menjadi problem yang diakui sebagai problem donestik di India," katanya.
Lebih lanjut, Sandeep menjelaskan kedatangannya itu untuk belajar kepada Indonesia khususnya Nahdlatul Ulama untuk merawat harmonisasi antar umat beragama di India.
"Saya berpikir Indonesia sebagai referensi yang tepat untuk keharmonisan beragama dan India juga sebagai negara yang beragam (agama) seperti Indonesia. Kami ingin belajar satu dengan lainnya untuk bisa menjaga minoritas, kesepahaman, anak-anak, dan terutama Hak Asasi Manusia," katanya kepada NU Online seusai pertemuan hangat tersebut.
Sandeep merasa, pertemuan tersebut sangat berkesan. Ia menjelaskan bahwa Gus Yahya adalah seorang intelektual muslim yang memiliki visi dan pemikiran yang mencakup segala sisi pengetahuan termasuk global.
"Ia berbicara tentang tradisi bangsa yang dimana hal itu bisa untuk dikerjasamakan baik tingkat pemerintahan sampai perseorangan dan Ia juga berbicara tentang kerja sama antara India dan Indonesia untuk mereduksi sosial dan global konflik," terangnya.