Nasional

KH Afifuddin Muhajir: Calon Tunggal dan Kotak Kosong Memasung Demokrasi

Rabu, 25 September 2024 | 11:00 WIB

KH Afifuddin Muhajir: Calon Tunggal dan Kotak Kosong Memasung Demokrasi

Wakil Rais Aam PBNU, KH Afifuddin Muhajir saat menyampaikan pidato kunci dalam Seminar Istinbath Hukum Islam dan Bahtsul Masail di Mataram, NTB pada Selasa, 3 September 2024 lalu. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Fenomena banyaknya calon tunggal melawan kotak kosong di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024 menjadi perhatian Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Afifuddin Muhajir. Bagi Kiai Afif, calon tunggal menandakan tidak ada kompetisi.


“Soal calon tunggal, itu artinya tidak ada kompetisi, menurut saya memasung demokrasi,” ujar Kiai Afif setelah mengisi Seminar Istinbath Hukum Islam dan Bahtsul Masail di Mataram, NTB awal September 2024 lalu, seperti ditayangkan Youtube NU Online, Selasa (24/9/2024).


Penulis buku Fiqh Tata Negara itu tak habis pikir dengan partai politik di negeri ini. Karena menurut Kiai Afif, tugas partai partai politik menyiapkan dan mencari calon-calon yang memiliki kompetensi dan integritas, bukan semata berdasarkan kepentingan kekuasaan sesaat.


“Saya tidak tahu maksudnya partai-partai itu. Seharusnya yang dicari partai itu orang-orang yang memiliki kriteria sebagai pemimpin, yaitu memiliki kompetensi dan memiliki integritas mestinya itu yang dicari,” kata Kiai Afif.


Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur itu mengatakan bahwa partai politik saat ini cenderung tidak peduli dengan kualifikasi calon-calon pemimpin.


“Tapi sekarang yang dicari yang berani bayar mahar. Tak peduli berkompeten atau tidak, tak peduli punya integritas atau tidak, tak peduli punya akhlak atau tidak,” tegas Kiai Afif.


Namun, Kiai Afif tetap mengimbau masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam Pilkada. Karena para calon kepala daerah memimpin kebijakan 5 tahun ke depan sehingga memilih calon terbaik merupakan sebuah keharusan.


“Menurut saya memilih itu hukumnya wajib apapun kondisinya. Kecuali kalau ada calon yang setara, misalnya kecuali kalau calon-calon itu ada kesetaraan persis, misalnya calon A dan B, mereka memiliki kesetaraan dari berbagai sisi. Kalau mereka dari berbagai sisi sama, kita memilih atau tidak memiliki kan sama saja,” jelas Kiai Afif.


Tapi kalau masih ada yang lebih baik, lanjutnya, atau kalau masih ada yang minim kejelekannya, maka masyarakat wajib memilih untuk memenangkan yang lebih baik atau untuk mencegah yang buruk menjadi pemimpin.


Kiai Afif juga mengimbau kepada masyarakat untuk selalu berdoa kepada Allah meminta pemimpin yang memiliki rasa takut kepada Tuhannya dan memiliki belas kasihan kepada rakyatnya.


“Artinya kita mengharapkan pemimpin yang satu sisi bertakwa kepada Allah, sisi lain sayang kepada rakyat, jangan kita dikasih pemimpin yang tidak seperti itu, perlu dibaca doa itu secara terus menerus,” tutur Kiai Afif.


Berikut doa yang dimaksud Kiai Afifuddin Muhajir.


اللَّهُمَّ لَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا - بِذُنُوْبِنَا - مَنْ لَا يَخَافُكَ وَلَا يَرْحَمُناَ


Allahummatusallith 'alainâ—bidzunübinâ—manyakhâfuka walâ yarhamunâ...


Artinya: “Ya Allah ya Tuhan kami, janganlah Engkau kuasakan (jadikan pemimpin) atas kami—karena dosa-dosa kami—orang yang tidak takut kepadaMu dan tidak mempunyai belas kasihan kepada kami.