KH Zakky Mubarak Jelaskan agar Pemuda Tidak Jadi Generasi Rapuh
Jumat, 29 Oktober 2021 | 00:00 WIB
Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Zakky Mubarak menegaskan bahwa para pendidik harus berusaha agar generasi penerus tidak terjerembab dalam kehinaan, menjadi generasi yang rapuh dan tidak memiliki tanggung jawab bagi kehidupan masa depan.
Menurutnya, para pemuda harus terus digembleng agar menjadi generasi yang baik dan bertanggung jawab. Orang tua dan para pemimpin harus bekerja keras untuk membentuk suatu masyarakat yang kondusif bagi kemuliaan generasi penerus.
“Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah mempersiapkan mereka menjadi manusia-manusia yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah,” jelas Kiai Zakky, dikutip NU Online dari facebooknya, Jumat (29/10/2021).
Kiai Zakky menegaskan, setiap umat tidak bisa lepas dari kehidupan generasi penerusnya. Generasi itu adakalanya mampu mempertahankan nilai-nilai luhur dari pemimpin dan para pendahulu mereka, sehingga mereka tetap jaya.
Dosen Senior di Universitas Indonesia (UI) ini menambahkan, ada juga generasi yang rapuh, yaitu generasi yang tidak mampu mempetahankan nilai-nilai luhur, mereka mengabaikan kebaikan-kebaikan yang disampaikan dari generasi masa lalu.
“Generasi rapuh ini biasanya ditandai dengan kehidupan yang tidak terpola, gemar membuang-buang waktu, senang berfoya-foya, banyak ngomong, dan tidak pandai bekerja,” ungkapnya.
Menurut dia, etos kerja generasi ini sangat rendah dan idealismenya telah terkikis dari dada mereka, hasratnya telah lemah dan semangatnya semakin mengendor.
Generasi rapuh yang tersuruk ke dalam kehinaan, lanjut Kiai Zakky, biasanya ditandai dengan kekacauan, keburukan dan kezaliman serta perbuatan tercela. Bahkan kezaliman dan kemungkaran sudah meluas sedemikian rupa, sehingga terkesan sebagai sesuatu yang lumrah dan biasa-biasa saja.
“Bila gejala ini terjadi di tengah-tengah masyarakat, maka setiap muslim harus berusaha menghilangkan dan memberantasnya dengan cara yang bijaksana. Bila tidak ada usaha untuk menghilangkan kezaliman dan kemungkaran maka imannya telah terlepas dari dadanya,” tutur penulis buku Riyadhul Mu’min ini.
Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Kendi Setiawan