Nasional

KH Zulfa Mustofa: Cinta Nabi Muhammad Harus Tercermin dari Perilaku Menjaga Kebersihan

Rabu, 10 September 2025 | 19:00 WIB

KH Zulfa Mustofa: Cinta Nabi Muhammad Harus Tercermin dari Perilaku Menjaga Kebersihan

Waketum PBNU KH Zulfa Mustofa saat ceramah dalam acara Maulid Akbar dan Majelis Haul ke-43 Pondok Pesantren Roudlotul Muttaqin, Triwung, Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (9/9/2025) malam. (Foto: Tangkapan layar Youtube Pondok Triwung Community)

Probolinggo, NU Online

Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Zulfa Mustofa menegaskan bahwa cinta kepada Nabi Muhammad harus diwujudkan dalam tindakan nyata, salah satunya dengan menjaga kebersihan.


Menurutnya, kebiasaan membuang sampah sembarangan yang masih dilakukan sebagian umat Islam justru bertentangan dengan teladan Rasulullah SAW.


“Orang yang cinta, dia tidak akan menyakiti orang yang dicintainya. Kalau kita mengaku cinta pada Nabi, maka kita tidak akan menyakiti Nabi kita Muhammad SAW,” tegas Kiai Zulfa.


Hal tersebut ia sampaikan dalam ceramah pada Maulid Akbar dan Majelis Haul ke-43 Pondok Pesantren Roudlotul Muttaqin, Triwung, Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (9/9/2025) malam.


Kiai Zulfa mengungkapkan keprihatinannya saat melihat kenyataan bahwa di sejumlah negara dengan populasi Muslim minoritas, justru nilai-nilai akhlak Nabi sangat dijunjung tinggi, khususnya dalam hal kebersihan. Ironisnya, sebagian umat Islam yang berkunjung ke negara tersebut kerap gagal mencerminkan ajaran Rasulullah SAW.


“Saya malu kalau jadi orang Islam pergi ke negara-negara di mana justru di sana orang Islam minoritas. Lalu kemudian umatnya Kanjeng Nabi Muhammad ini tidak menunjukkan akhlaknya," ujar Kiai Zulfa, prihatin.


"Buang sampah sembarangan. Lalu yang mengambil sampah itu justru orang lain yang non-Muslim. Masyaallah,” imbuhnya.


Ia menilai, perilaku semacam itu dapat memunculkan citra buruk tentang Islam di mata dunia, bukan karena ajarannya, melainkan karena kelalaian umatnya sendiri.


Sebaliknya, Kiai Zulfa menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke beberapa negara seperti Jepang, Korea, dan Cina. Menurutnya, di negara-negara tersebut justru akhlak Islami terlihat nyata, terutama dalam hal kejujuran mengembalikan barang yang hilang.


“Di Jepang tas istri saya ketinggalan. Tapi begitu sudah jalan, kata teman-teman PCINU, 'Oh, tenang ya. Kalau di sini insyaallah barang hilang di mana pun aman.’ Ini bukan orang Islam, Pak. Justru akhlak Nabi Muhammad terlihat di sana,” kisahnya.


Kiai Zulfa kemudian mengaitkan fenomena itu dengan pelajaran fiqih tentang luqathah (barang temuan) yang sudah lama dipelajari di pesantren-pesantren di Indonesia.


“Kita ini di Indonesia pondok-pondok ngaji kitab fiqih, ngaji bab barang hilang. Bab nopo Gus? Niku namanya babul luqathah, faslun fil luqathah," terangnya.


"Tapi yang mengamalkan ini kok bukan umatnya Kanjeng Nabi,” sambungnya.


Kiai Zulfa menegaskan bahwa bukti cinta kepada Nabi, organisasi, dan negara tidak cukup sebatas pengakuan, melainkan harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Ia mengingatkan, mencintai Rasulullah SAW bisa dimulai dari hal-hal sederhana yang dilakukan secara konsisten.


“Jadi kalau cinta Nabi jangan menyakiti Nabi. Kalau cinta pada Indonesia, negeri ini, jangan sakiti. Kalau saya orang NU, kalau Anda ngaku cinta NU jangan sakiti NU. Jangan bikin malu Nahdlatul Ulama. Itu cinta,” pungkasnya.