KH Zulfa Mustofa: Jamaah Haji Jangan Kejar Sunnah lalu Ketinggalan Wajib
Kamis, 22 Juni 2023 | 23:45 WIB
Makkah, NU Online
Mustasyar Diny (Penasihat Keagamaan) Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) mengatakan KH Zulfa Mustofa mengatakan, umat Islam harus memahami skala prioritas dalam beribadah, tak terkecuali ibadah haji.
Menurutnya, inti dari ibadah haji adalah ketika jamaah sudah memasuki periode Masyair (Arafah, Muzdalifah, dan Mina). Sehingga, mereka perlu untuk mempersiapkan diri secara fisik dengan menghindari aktivitas ibadah yang memberatkan.
Wakil ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini juga mengimbau untuk tidak memaksakan diri menjalankan ibadah tarwiyah dengan cara bermalam di Mina sebelum wukuf sampai terbit fajar tanggal 9 Dzulhijjah. Sebab, hal itu berisiko membuat ibadah-ibadah pokok setelahnya jadi terhambat.
"Sekali lagi, agama ini adalah kemudahan, wa ma ja'ala 'alaikum fid din min haraj (Allah tidak menjadikan kesulitan untukmu dalam agama). Maka, jangan pernah memaksakan diri apalagi dalam cuaca panas ekstrem seperti sekarang ini, kemudian jalan kaki untuk mengambil sunnah lalu nanti ketinggalan yang wajib," ujarnya di Makkah, Kamis (22/6/2023).
Kiai Zulfa mengibaratkan orang yang mendahulukan hal sunnah hingga terkendala mengerjakan hal wajib seperti orang berburu ikan kecil tapi melepaskan ikan besar.
"Orang mengejar sunnah tapi ketinggalan yang wajib itu berarti orang yang tidak cerdas," katanya.
Ia mengajak jamaah untuk memanfaatkan waktu luang yang tersisa untuk memperdalam ilmu dan beribadah di hotel masing-masing.
"Perbanyaklah melakukan ibadah-ibadah yang tidak menghabiskan energi, tenaga. Misalnya, di dalam hotel baca Al-Qur'an, shalat berjamaah, banyak diskusi dan mendalami hal-hal yang terkait fiqih haji," pesannya.
Kiai Zulfa mendorong para jamaah haji untuk memperluas wawasan bersama para ustadz, pembimbing, atau konsultan ibadah haji di kloter masing-masing agar ibadah yang dijalani memiliki dasar syariat.
Terkait Jumat terakhir jelang puncak haji, ia juga menyarankan untuk memanfaatkan masjid sekitar, tidak harus ke Masjidil Haram.
"Sebaiknya para jamaah karena bus Shalawat sudah dikurangi, shalatlah ke masjid terdekat atau di hotel yang menyediakan masjid untuk shalat Jumat," kata pengasuh Pondok Pesantren Darul Musthafa Jakarta ini.
Apalagi, katanya, para ulama berpendapat bahwa shalat di Tanah Haram, terutama masjidnya di seluruh Tanah Haram, itu sama seperti shalat di Masjidil Haram. Kiai Zulfa mengaku mendasarkan pernyataan ini pada kitab karya Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki.
Pewarta: Mahbib Khoiron
Editor: Fathoni Ahmad