Kiai Agus Salim: Dakwah NU Menyesuaikan Perkembangan Zaman
Sabtu, 13 Maret 2021 | 03:00 WIB
Bekasi, NU Online
Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD-PBNU) KH Agus Salim mengatakan dakwah dakwah yang dilakukan Nahdlatul Ulama dari masa ke masa menyesuaian perkembangan zaman. Sejak fase sebelum kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru sampai dengan Reformasi NU tetap memberikan konsistensi dalam Ahlussunah wal Jamaah Annahdiyah.
"NU sebagai organisasi Islam terbesar di dunia. Terbukti dengan banyaknya yang ingin belajar dan mendalami Islam Nusantara, yang memprioritaskan kemaslahatan," kata Kiai Agus Salim saat memberikan sambutan pada kegiatan Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) yang diselenggarakan di YPI An-Nadwah Tambun Bekasi, Jawa Barat, Jumat (12/3).
Berdasarkan rilis yang diterima NU Online, dalam MKNU tersebut, Kiai Agus Salim berharap para peserta dan kader-kader NU dapat menambah wawasan kebangsaan, menambah wawasan keilmuan, dan terus memegang teguh prinsip-prinsip ke-NU-an.
Pada era milenial seperti sekarang ini, NU dihadapkan pada kecanggihan seperti perkembangan teknologi dan komunikasi yang berimplikasi terhadap informasi-informasi negatif maupun positif. Hal ini harus memacu pendakwah NU agar memberikan tuntunan sesuai dengan NU.
"Sebab media sosial saat ini adalah nilai-nilai, jadi para dai harus menguasai nilai nilai. Dakwah di media sosial adalah harga mati," pungkasnya.
Sekretaris Jendral PBNU, H Ahmad Helmy Faishal Zaini pada MKNU ke-273 tersebut menyampaikan mereka yang dapat bertahan hidup adalah mereka yang dapat beradaptasi dengan tantangan zaman. Karena itu, NU pun akan bertahan jika dapat beradaptasi dengan tantangan zaman.
"Saat ini dunia sedang mengalami dua tantangan besar, pertama adalah wabah pandemi covid-19. Satu fakta bahwa wabah ini sangat mudah menyebar sehingga banyak menular dan tidak sedikit yang terdampak secara tidak langsung, seperti karyawan perusahaan yang kena PHK," ujarnya.
Kemudian yang kedua, kata Sekjen Helmy, yakni era Industri evolusi yang ditandai dengan perubahan teknologi menjadi serba digital, baik pada lini ekonomi sampai dakwah lewat virtual. Muncul pula ustadz-ustadz anyaran yang memiliki banyak followers.
Oleh karena hal itu, menurutnya, NU sebagai organisasi Islam terbesar dituntut untuk berkembang menyesuaikan teknologi digital, khususnya di bidang dakwah. Organisasi yang tidak menjadikan sosial media sebagai platform dalam menyampaikan dakwah Islam, maka lambat laun organisasi tersebut akan punah dan menjadi fosil.
Sebagai Nahdhliyin perlu memiliki dua pemahaman atau amanah penting. Pertama amanah diniyah (keagamaan) yakni mempertahankan dan meneruskan tugas ulama sebelumnya sebagai pendakwah melalui pondok pesantren, majelis taklim, kajian kitab. Amanah kedua adalah amanah wathoniyyah atau kebangsaan.
"Sebagai santri yang meneruskan perjuangan kiai, NU harus terdepan dalam menjawab persoalan umat Indonesia, berpartisipasi aktif memperjuangkan mempertahankan NKRI," imbuhnya.
MKNU ini diselenggarakan oleh LD PBNU dan diikuti oleh 100 peserta yang didominasi oleh pengurus di wilayah Kabupaten Bekasi. Namun ada beberapa peserta yang hadir mewakili LD PBNU dan peserta dari Jawa Tengah dan Jambi. MKNU ini dihadiri Sekretaris LD PBNU KH Moch Bukhori Muslim, dan Kepala MKNU KH Sulthonul Huda.
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Alhafiz Kurniawan