Ketua PWNU Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar mengatakan Karena itu perubahan dzahir harus diawali dari hati terlebih dahulu. (Foto: NU Online/Syamsul Arifin)
Jakarta, NU Online
Ketua PWNU Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar menegaskan agama adalah alat agar bangsa dan negara mendapat ridha Allah SWT. Karenanya upaya penyucian hati sangat penting untuk mendamaikan semua pihak agar bersama membangun masyarakat.
Mengisi pengajian Pesantren Ramadhan yang digelar Majelis Telkomsel Taqwa (MTT) dan Majelis Ta’lim Telkom Group (MTT), pada Selasa (4/5) secara virtual, Kiai Marzuki mengutip Al-Qur'an Surat Ar-Rad ayat 11. Innallaha yughayyiru maa biqaumin hatta yughayyiru maa bianfusihim, yang biasanya diartikan orang "Allah tidak mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka mengubah diri mereka sendiri."
Kiai Marzuki menyampaikan terjemahan yang tepat dan detail seharusnya 'Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum (dari kacau menjadi tertib, dari miskin menjadi makmur, dari perang saudara menjadi ukhuwah), sehingga kaum itu mengubah sesuatu yang ada di dalam hati, nafsu, dan apa yang ada di dalam diri mereka'.
Karena itu perubahan dzahir harus diawali dari hati terlebih dahulu. "Niat yang nggak benar, yang tidak lurus, luruskan dulu, hati yang dendam bersihkan dulu. Mereka harus mengubah dulu apa yang ada di hati mereka. Wawasan diubah menjadi lurus, tulus karena Allah," ujarnya.
Setelah mengubah hati dan niat lurus tulus semata-mata karena Allah, selanjutnya meminta yang baik-baik dengan ikhtiar perubahan dzahir. Hal itu diupayakan dengan tiga langkah. Pertama, harus dengan ilmu; dalam hal ini seseorang harus belajar kepada ahlinya. Kedua, menata dan meluruskan niat semata-mata karena Allah. Dendam, dengki iri, lebih dulu harus dihilangkan. Ketiga, benar-benar ingin belajar untuk diamalkan, seperti belajar shalat dan ibadah lainnya sampai benar-benar diamalkan .
Namun, orang yang sudah melakukan tiga langkah itu pun hendaknya jangan merasa puas lalu berhenti berusaha. "Mereka yang berilmu pun belum mendapat jaminan selamat, kecuali mereka mengamalkannya. Yang sudah mengamalkan ilmu dengan benar belum tentu diterima Allah kecuali ikhlas, tidak modus munafik, tidak ngakal-ngakali. Oran yang sudah ikhlas pun mungkin saja sempat nggak ikhlas. Bagaimana kalau pas tidak ikhlas kemudian mati?" beber Kiai Mustamar.
Pengasuh Pondok Pesantren Sabiilul Rosyad, Gasek, Malang, Jawa Timur itu mengingatkan agar untuk menjaga keikhlasan sehingga menemukan akhir yang baik, doa dalam Surat Alfatihah harus selalu ditanamkan, "Ihdinasiirotol mustakim, bimbinglah tunjukkanlah kami jalan yang lurus, jalan yang tidak menyimpang. Ini harus diamalkan, dan harus ikhlas," ungkapnya.
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Musthofa Asrori