Ilustrasi: Dalam Shahih Muslim, Sayidah Aisyah ra mengaku menyaksikan Nabi beribadah selama Ramadhan hingga menjelang Subuh.
Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU Online
Ramadhan 1442 H telah memasuki sepuluh hari terakhir. Fase sepertiga terakhir ini menjadi pamungkas dari dua fase sebelumnya. Pasalnya, di antara malam-malam pada sepuluh hari terakhir ini terdapat satu malam yang lebih mulia dari 1.000 bulan, yakni lailatul qadar.
Tak ada yang mengetahui pasti kapan terjadinya peristiwa tersebut setiap tahunnya. Namun, satu hal yang pasti, Muslim di seluruh dunia diperintahkan untuk lebih meningkatkan ibadahnya.
Syekh Zainuddin al-Malibari dalam kitabnya, Fathul Mu’in, menjelaskan bahwa ada tiga amalan utama untuk mengisi hari-hari di fase sepertiga terakhir Ramadhan. Hal pertama yang bisa dilakukan adalah memperbanyak sedekah. Langkah ini dapat diwujudkan guna mencukupi kebutuhan keluarga, berbagi dengan sesama, khususnya kerabat dan tetangga.
Sedekah itu dapat ditunaikan dalam berbagai bentuk. Misalnya, menyediakan buka puasa bagi masyarakat yang tengah menjalaninya, walaupun hanya dengan segelas air. Hal ini tentu sangat berarti bagi saudara-saudara yang tengah membutuhkannya.
Selain itu, langkah kedua yang dapat dilakukan untuk memperbanyak ibadah di fase sepertiga terakhir adalah memperbanyak membaca Al-Qur’an. Kegiatan ibadah membaca Al-Qur'an ini dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, kecuali di tempat-tempat yang dilarang, seperti toilet mengingat tempatnya najis, dan lainnya.
Imam Syarofuddin An-Nawawi menjelaskan bahwa membaca Al-Qur'an di akhir malam lebih baik ketimbang awal malam. Secara lebih khusus, membaca Al-Qur'an yang paling baik di siang hari adalah setelah shalat shubuh. Syekh Sayid Abu Bakar Syatha dalam I’anatut Thalibin menambahkan bahwa membaca Al-Qur'an di malam hari lebih utama daripada siang hari karena lebih fokus.
Adapun hal terakhir yang disarankan Syekh Zainuddin adalah memperbanyak i’tikaf di sepuluh terakhir Ramadhan. Sebab, Rasulullah SAW melakukan hal tersebut sebagai bentuk meningkatkan ibadahnya, i’tikaf ini.
Meskipun dalam kondisi pandemi Covid-19, i’tikaf tetap dapat dilakukan. Sebagian ulama mazhab Syafi’i memperbolehkan i'tikaf di ruangan dalam rumah yang dikhususkan untuk shalat. Hal ini disepadankan dengan prinsip 'jika shalat sunnah saja yang paling utama dilakukan di rumah, maka i’tikaf di rumah semestinya bisa dilakukan'.
Selain itu, Rasulullah SAW juga menghidupkan malam-malam Ramadhan. Dalam Shahih Muslim, Sayidah Aisyah ra mengaku menyaksikan Nabi beribadah selama Ramadhan hingga menjelang Subuh. Bahkan, dalam riwayat lain, Rasulullah SAW selalu membangunkan keluarganya dalam sepuluh malam terakhir. Hal itu menunjukkan saking istimewanya malam-malam tersebut.
Rasulullah SAW juga mengencangkan ikat pinggang pada malam-malam tersebut agar dapat menghindarkan diri dari tempat tidur dan menggauli istrinya. Dengan itu, Rasulullah dapat lebih fokus menjalani ibadah malamnya.
Lebih dari itu, Rasulullah SAW juga mandi dan membersihkan diri, merapikan pakaian serta memakai wangi-wangian menjelang waktu isya selama sepuluh hari terakhir Ramadhan. Hal ini dengan harapan memperoleh lailatul qadar, begitulah keterangan Ibnu Jarir.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua