Kisah Zuhri Kembangkan Pusat Budaya Islam-China Setamat Kuliah di Tiongkok
Kamis, 10 November 2022 | 16:54 WIB
Jakarta, NU Online
Pria asal Lamongan, Jawa Timur ini sukses menamatkan studi magister Hubungan Internasional di Nanchang University, China dengan beasiswa penuh dari Pemerintah China atau Chinese Government Scholarships (CGS).
Adalah Ahmad Syaifuddin Zuhri, pria yang kini diamanahi menjabat Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok. Zuhri, demikian ia disapa, mengawali pengembaraan ilmunya ke Negeri Tirai Bambu pada tahun 2011.
Sempat satu tahun menjalani intensif Bahasa Mandarin bersama 8 pelajar Indonesia lainnya, ia baru resmi memulai program magister di tahun 2012. Tiga tahun berselang, tepatnya pada 2015, Zuhri berhasil menamatkan studinya itu.
Selepas lulus kuliah, Zuhri memutuskan untuk kembali ke Tanah Air. Bersama delapan kawan seperjuangannya, mereka terpecut untuk memberikan sumbangsih nyata pada bangsa. Tiba di Semarang, mereka kemudian mendirikan Pusat Pengembangan Budaya Islam-China, berlokasi di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).
“Setelah kami lulus 2015, kami pulang ke Semarang. Kami mendirikan Pusat Pengembangan Budaya Islam-China di MAJT,” terang Zuhri dalam tayangan YouTube Great Wall CEC bertema Ngobras Eps 21: Kisah Santri yang Dulu Jual Pecel Lele Mendapat Beasiswa S2-S3 di Tiongkok, diakses Kamis (10/11/2022).
Tak hanya itu, mereka juga menginisiasi pembangunan perpustakaan Cheng Ho di lingkungan MAJT, Semarang. Program ini berjalan berkat kerja sama dengan Konsulat Jenderal Tiongkok yang berada di Surabaya.
“Fasilitas buku, multimedia didapat dari sana,” tutur dosen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah itu.
Sejumlah inisiatifnya ternyata membawa dampak positif yang luas. Zuhri menyebut bahkan mereka didapuk sebagai fasilitator untuk pengembangan kerja sama pendidikan dengan Pemerintah China.
“Dari situ pula kami memfasilitasi beberapa universitas di Semarang untuk bisa bekerja sama dengan Konsulat Jenderal Tiongkok,” tutur Direktur Sino-Nusantara Institute itu.
“Sampai akhirnya kampus saya, Universitas Wahid Hasyim (Unwahas), mendirikan Chinese Corner. Dari situ, banyak dosen yang bisa mengikuti program exchange. Kami merasa alhamdulillah sekali bisa bermanfaat bagi sekitar,” kata pria yang pernah menjabat Ketua Umum Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok Periode 2013-2014 tersebut.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin