Komnas Perempuan: Jangan Abaikan Kesehatan Mental Ibu Pasca Melahirkan
Senin, 11 September 2023 | 20:00 WIB
Jakarta, NU Online
Komisioner Komisi Nasional (Komnas) Perempuan Hj Maria Ulfa Anshor mengatakan penting untuk tidak mengabaikan kesehatan mental ibu pasca-melahirkan. Momen pasca-persalinan dapat menjadi hal yang menyenangkan, sekaligus memicu fluktuasi perasaan dan emosi. Sebab, bisa saja kegembiraan yang awalnya ibu rasakan, tiba-tiba berubah menjadi kecemasan atau bahkan ketakutan.
Kondisi tersebut, menurutnya rentan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan mental pada ibu pasca-melahirkan. Sebab, dalam setiap persalinan, dipastikan semua perempuan mengalami kesakitan dan kelelahan yang sangat luar biasa.
"Itu merupakan puncak dari proses reproduksi perempuan setelah proses kehamilannya yang melelahkan dalam waktu cukup panjang selama kurang lebih 9 bulan atau 40 minggu," kata Maria, kepada NU Online, Senin (11/9/2023).
Dengan mengutip ayat 14 dari Surat Luqman, ia menerangkan bahwa setelah mengalami proses panjang kehamilan, perempuan disuguhkan berbagai macam tantangan pasca-melahirkan, seperti nifas dan menyusui. Karenanya, dalam setiap kehamilan hingga melahirkan, perempuan membutuhkan kesiapan fisik, psikis dan sosial agar perempuan bisa menjalani setiap fasenya dengan sehat dan optimal.
"Kata wahnan ‘alā wahnin dalam Surat Luqman ayat 14 itu menurut Al-Mawardī dalam tafsirnya, memiliki makna; syiddah ‘alā syiddatin (kesukaran yang berkelanjutan), juhdan ‘alā juhdin (kesungguhan yang terus diperjuangkan) dan du’fan ‘alā du’fin (lemah yang terus bertambah). Dari ketiga makna tersebut faktanya memang kehamilan, melahirkan dan menyusui itu masa yang sangat melelahkan, makin tua usia kehamilannya kondisinya semakin berat," jelasnya.
Wakil Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) itu lantas menyinggung soal baby blues yang biasa terjadi pada ibu pasca-melahirkan akibat kelelahan dan ketiadaan dukungan emosional, baik dari keluarga inti maupun lingkungan sekitar.
Dalam konteks inilah pentingnya kehadiran suami mendampingi istri melewati fase demi fase sebagai orang tua baru. Caranya dengan memberi motivasi dan menguatkan psikis atau mental bagi istrinya agar emosinya stabil. Hal tersebut merupakan salah satu faktor untuk mencegah terjadinya sindrom baby blues setelah melahirkan.
"Suasana psikis yang selalu bahagia karena memperoleh dukungan emosional dari suami sangat berarti bagi ibu pasca melahirkan," paparnya.
Baby blues bisa menjadi depresi
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (Psikiater) dari Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) dr Citra Fitri Agustina mengatakan, baby blues yang tak tertangani sangat berpotensi untuk berkembang menjadi depresi.
"Sindrom itu akan jadi masalah serius jika tidak tertangani dengan baik, nanti berkelanjutan menjadi depresi postpartum, " kata dr Civi, sapaannya.
Ia juga mengatakan, meskipun terbilang wajar dialami oleh ibu pasca melahirkan namun bila dibiarkan bisa menjadi permasalahan serius yang memicu depresi bahkan psikosis postpartum seperti munculnya halusinasi atau marah-marah yang berkelanjutan.
"Jika sampai pada kondisi depresi hingga psikosis postpartum maka bisa jadi sindrom tersebut dialami sejak masa kehamilan yang menyebabkan ibu merasa tertekan, sedih, dan tidak nyaman," jelasnya.
Untuk mencegah itu, dr Civi menyebutkan keluarga berperan penting untuk menciptakan suasana nyaman bagi ibu hamil hingga masa persalinan.
"Dukungan keluarga menjadi faktor utama dalam mencegah sindrom itu," tandasnya.