Konsep Pengasuhan ala Imam Al-Ghazali untuk Membentuk Karakter dan Potensi Anak
Kamis, 7 Desember 2023 | 18:30 WIB
Komisioner Komnas Perempuan Maria Ulfah Anshor Diskusi Publik Pojok Kramat bertajuk Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Pencegahan Perkawinan Anak di Lobi Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Rabu (6/12/2023). (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Komisioner Komisi Nasional (Komnas) Perempuan Maria Ulfah Anshor menjelaskan konsep pengasuhan anak yang menjadi hal krusial untuk membentuk karakter dan potensi anak. Menurutnya, pandangan Imam Al-Ghazali yang terdapat dalam karyanya Ihya Ulumuddin dan Ayyuhal Walad merupakan pijakan yang penting dalam memahami pengasuhan yang holistik.
"Di dalam pengasuhan, kita mengenal setidaknya dari Imam Al-Ghazali di Ihya Ulumuddin maupun di Ayyuhal Walad itu dia mengupas tentang pengasuhan," ungkapnya dalam Diskusi Publik Pojok Kramat bertajuk Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Pencegahan Perkawinan Anak di Lobi Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Rabu (6/12/2023).
Imam Al-Ghazali mengusung gagasan bahwa anak lahir dengan membawa potensi atau fitrah. Meski begitu, kata Maria, fitrah ini perlu dibentuk dan dibimbing oleh orang tua. Konsep ini menekankan bahwa pengasuhan anak melibatkan aspek-aspek spiritual, moral, sosial, kognitif, dan psikis.
"Konsep pengasuhan anak yang dilahirkan dengan membawa potensi yaitu fitrah tetapi kemudian dibentuk oleh orang tuanya," tuturnya.
Dalam karyanya Ihya Ulumuddin, Maria menyebut Imam Al-Ghazali menggambarkan pengasuhan sebagai proses komprehensif yang tidak hanya terbatas pada pendekatan religius (taqarrub ilallah), tetapi juga pada pengembangan potensi jasmani dan rohani anak.
"Anak ini dilahirkan dengan potensi-potensinya yang mempunyai kecenderungan fitrah ke arah baik dan fitrah ke arah buruk. Tergantung bagaimana orang tua mengarahkannya, membimbingnya," ujar dia.
Prinsip pendidikan anak, lanjutnya, juga menjadi inti dari konsep pengasuhan menurut Imam Al-Ghazali. Pendidikan tidak hanya dimaknai sebagai transfer ilmu, tetapi lebih pada upaya menciptakan manusia yang memiliki ilmu bermanfaat yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan mencari ridha Allah.
"Di masa itu, beliau sudah memikirkan, mengonsep pengasuhan itu secara komprehensif," tuturnya.
Ia menambahkan, teori Konvergensi dari William Stern, yang hampir serupa dengan pemikiran Imam Al-Ghazali, juga menekankan pada pendekatan holistik terhadap pengasuhan anak. Stern menyuarakan ide bahwa pengasuhan harus mencakup berbagai aspek kehidupan anak, termasuk spiritual, moral, intelektual, dan sosial.
Konsep pengasuhan yang holistik ini, sambungnya, diharapkan dapat menjadi landasan bagi para orang tua, pendidik, dan masyarakat dalam membentuk generasi muda yang berkarakter, berilmu, dan berdaya saing di masa depan.