Kediri, NU Online
Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur menggelar pameran kesejarahan dalam rangka penguatan nilai kebangsaan. Kegiatan ini hasil kerja sama dengan Direktorat Sejarah, Dirjen Kebudayaan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama.
Mengusung tema Cinta Tanah Air Sebagian dari Iman, Sejarah dan Tradisi Kebangsaan di Pesantren, acara dipusatkan di Pondok Lirboyo sejak Rabu hingga Jumat (2-4/10).. Kegiatan ini didukung Paguyuban Tosan Aji serta Keris Panji Joyoboyo Kediri.
“Kegiatan ini sebagai bukti bahwa kita tidak melupakan sejarah atas keberadaan para pendiri pondok pesantren,” kata Agus Imam Mubarok, Rabu (2/10). Acara juga diharapkan mampu menjadi motivasi bagi para santri, lanjutnya.
Wakil Ketua Pengurus Wilayah (PW) Lesbumi NU Jatim ini menjelaskan bahwa sangat penting bagi semua kalangan khususnya para santri untuk memahami peninggalan ataupun warisan para ulama.
“Karena tidak semua orang tahu,” tegasnya.
Dalam pandangannya, acara yang mendapat dukungan Kemendikbud ini merupakan bentuk apresiasi luar biasa terhadap sosok tiga tokoh pendiri Pondok Lirboyo.
“Namun demikian tidak mengecilkan perjuangan ulama besar lainnya seperti KH Djazuli Usman selaku pendiri Pondok Ploso maupun KH Mochammad Ma’ruf yang juga pendiri Pondok Kedonglo,” terang Gus Barok, sapaan akrabnya.
Meskipun berada di lokasi pesantren, acara ini terbuka untuk umum dan tidak ada pungutan biaya apapun.
“Acara pertama berupa halaqah kebangsaan dengan menghadirkan H Agus Sunyoto yang merupakan Ketua Lesbumi PBNU dan H D Zamawi Imron sebagai sosok budayawan dan sastrawan dari Sumenep,” jelasnya.
Acara kedua, lomba esai kebangsaan dengan menggunakan bahasa Arab yang akan diikuti seluruh perwakilan pondok pesantren.
“Kemudian acara ketiga, pameran kesejarahan dengan memamerkan seluruh potensi, termasuk sosok muassis yang berjuang sekuat tenaga saat mendirikan pesantren,” tuturnya.
Dirinya menjelaskan, pentingnya ditampilkan bukti sejarah bagaimana Pesantren Lirboyo berdiri tahun 1910 atas perjuangan tiga tokoh yakni KH Abdul Karim, KH Marzuki dan KH Ali Makhrus.
“Para kiai itu adalah tokoh yang sangat luar biasa dalam pergerakannya, di samping kiai lain yang begitu solid sehingga memiliki ribuan santri dari penjuru Indonesia,” terangnya.
Selain itu, selama kegiatan juga juga akan digelar pameran. “Dari mulai pameran kitab, pusaka pesantren, foto, serta pemutaran film terkait kegiatan pesantren,” pungkasnya.
Pewarta: Imam Kusnin Ahmad
Editor: Ibnu Nawawi