Ponorogo, NU Online
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan bahwa Kunjungan Grand Syekh Al Azhar ke Indonesia, benar-benar memberikan pesan meneguhkan kembali kokohnya hubungan persahabatan antara bangsa Indonesia dengan Al-Azhar. Bahkan, hubungan ini sesungguhnya telah terjalin kuat sejak sebelum kemerdekaan dan sebelum terjalinnya hubungan diplomasi antara kedua negara, yaitu: melalui pengiriman pelajar-pelajar Indonesia yang belajar di Al-Azhar sejak abad 19 Masehi.
“Al-Azhar dengan faham moderatnya selalu menjadi penerang bagi penggandrung ilmu pengetahuan dan pengkaji ilmu-ilmu keagamaan. Karenanya, mayarakat Indonesia dan tentu para ulamanya selalu meletakkan Al-Azhar dalam hati mereka, dengan penuh rasa cinta dan kemuliaan,” terang Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam sambutannya saat puncak Peringatan 90 Tahun Pondok Modern Gontor Ponorogo, Kamis (25/2). Demikian dikutip dari laman kemenag.go.id.
Hadir dalam acara tersebut selain Menag dan pimpinan Pondok Modern Gontor, Wamenlu, AM Fachir, Anggota Wantimpres KH Hasyim Muzadi yang keduanya adalah alumni Gontor, Mantan Menag Quraish Shihab, Dewan Guru serta seluruh santri Pondok Modern Darussalam Gontor.
Dikatakan Menag, Al-Azhar AsSyarif benar-benar memiliki peran dan kontribusi yang besar dalam penyebaran peradaban Islam, dengan model pendidikan Islam yang moderat dan toleran. Sumbangsih ini terlihat dengan jelas melalui kehadiran para mab’uts (tenaga pendidik) dan para alumninya yang tersebar di berbagai penjuru dunia.
“Saya sangat berharap, kiranya Indonesia dapat terus belajar dari pengalaman Al-Azhar dalam menciptakan tatanan masyarakat yang jauh dari faham ekstrimisme dan terorisme,” kata Menag.
Dipaparkan Menag, di antara tugas utama Kementerian Agama adalah mengatur dan meningkatkan mutu pendidikan Islam, dari tingkat dasar (Madrasah Ibtidaiyah) sampai dengan PerguruanTinggi. Saat ini, terdapat tidak kurang dari 48 ribu madrasah, negeri dan swasta, 600 perguruan tinggi Islam, negeri dan swasta, juga lebih dari 27 ribu pondok pesantren yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara.
Menurut Menag, Pondok Modern Gontor adalah salah satu pesantren kenamaan yang memiliki reputasi besar dengan puluhan ribu santri yang belajar dan memperdalam ilmu selama 24 jam penuh, menempa diri belajar tentang akhlak dan ilmu pengetahuan, merespon berbagai dinamika dan tantangan masyarakat, sementara kehidupan mereka jauh dari keluarga dan kampung halaman.
“Mayoritas pendidikan pesantren selalu perpegang pada madzhab Imam Asy’ari dalam bidang aqidah dan Madzahibul Arba’ah dalam bidang fiqih,” tutur Menag.
Dalam kesempatan tersebut, kepada seluruh pimpinan pondok dan civitasnya, Menag menyampaikan rasa hormat, kebanggaan dan apresiasinya kepada Pondok Modern Darussalam Gontor, kepada segenap pengasuh dan dewan asatidz yang telah mencurahkan jerih payah dan perjuangannya untuk menyiapkan generasi Islam dari masa ke masa yang telah dirintis sejak Tahun 1926 hingga saat ini dan Insya Allah sampai yaumil akhir.
“Suatu kebahagiaan dan kebanggaan bagi saya, dapat mengenyam pendidikan melalui para masyayikh di pondok Gontor tercinta ini, saat saya masih menempuh pendidikan tingkat menengah, saat saya menghabiskan hari-hari untuk menimba ilmu dan menempa diri di pondok Gontor ini pada tahun 80-an,” ujar Menag yang menyelesaikan pendidikan menengahnya di Gontor periode tahun 80-an.
Di akhir sambutannya, Menag menyampaikan harapan dan doanya atas peringatan kesyukuran 90 Tahun Pondok Modern Gontor.
“Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita semua dalam berkhidmat untuk kemuliaan Islam dan Muslimin, serta kemajuan bangsa,” doa Menag.
Selain bersilaturahim dengan pimpinan, civitas dan santri Gontor, Grand Syekh Al-Azhar meresmikan penggunaan gedung baru kampus Universitas Islam Darussalam untuk kegiatan perkuliahan yang terletak tidak jauh dari kawasan pondok Gontor. Red: Mukafi Niam