Kunjungi PBNU, Dewan Keamanan Thailand Ingin Kerja Sama Pendidikan hingga Kontra Ekstremisme
Selasa, 13 September 2022 | 19:30 WIB
PBNU saat menerima Dewan Keamanan Thailand, Selasa (13/9/2022) di kantor PBNU Jakarta. (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Dewan Keamanan Nasional Thailand melakukan kunjungan ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Selasa (13/9/2022) siang.
Rombongan yang terdiri dari 14 delegasi itu diterima langsung oleh Ketua PBNU Savic Ali. Ia didampingi Sekretaris Lembaga Perguruan Tinggi (LPT) PBNU Ahmad Suaedy, Sekretaris Badan Khusus Jaringan Internasional Hijroatul Maghfiroh, dan Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) PBNU Ishaq Zubaedi Raqib.
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Keamanan Nasional Thailand Chatchai Bangchaud menyampaikan bahwa kunjungannya ke Indonesia dalam rangka menemui pelajar Thailand di Indonesia. Ia melihat bahwa NU merupakan organisasi yang memiliki pengaruh yang besar dan relevan bagi Indonesia.
Karenanya, kunjungan ke NU ini dalam rangka berkoordinasi untuk mendapatkan pengalaman dari NU, baik tentang keislaman, pendidikan, hingga soal menghadapi kekerasan ekstrem.
“Karena pengaruh NU yang memiliki interpretasi yang baik. Kami berharap juga pelajar Thailand di Indonesia memiliki kesamaan interpretasi dengan NU, interpretasi yang benar dan baik setelah menyelesaikan studinya,” kata Bangchaud.
Bangchaud mengatakan, bahwa banyak orang tua di Thailand yang bangga anaknya studi di Indonesia. “Banyak pelajar Thailand Selatan belajar di Indonesia. Ini sangat penting untuk mengembangkan hidup mereka di sana nanti,” katanya.
Ia juga menyampaikan bahwa hasil diskusi pada hari ini akan dilaporkan ke Pemerintah Thailand untuk dilakukan kerja sama yang memungkinkan, pemerintah dengan pemerintah (G to G) ke depan. Kerja sama ini ke depan dapat dilanjutkan melalui Kedutaan Besar Thailand di Indonesia.
“Diskusi ini juga untuk menyebarkan interpretasi yang baik tentang prinsip Islam dan melawan narasi kekerasan,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua PBNU Mohammad Syafi' Alielha menyampaikan bahwa NU berjejaring dengan lebih dari 20 ribu pesantren dan madrasah di seluruh Indonesia. Situsweb resmi NU juga menjadi media keislaman nomor satu di Indonesia.
“Saya tidak tahu apa kita bisa berkontribusi untuk Thailand. Apa yang bisa kita kontribusikan? Yang pasti kita punya pengalaman di pendidikan dan media di sini. Media resmi kami menjadi media Muslim terbanyak dikunjungi,” ujar Savic Ali, panggilan akrabnya.
Karenanya, ia menyarankan agar Thailand juga dapat aktif di media sosial mengingat saat ini sudah memasuki era digital. Sebab, kelompok ultrakonservatif sudah lebih dulu memasuki dunia maya itu sehingga banyak konten di sana yang perlu diimbangi.
“Kita bisa bertukar pengetahuan dan pengalaman. Kita juga bisa menerjemahkan konten-konten dari situsweb kita ke bahasa Thailand atau mungkin website baru supaya kaula muda di Thailand dapat mengikuti pemahaman yang memiliki nuansa harmonis,” katanya.
Lebih lanjut, Savic menegaskan bahwa hal tersebut juga tidak cukup. Kerja sama juga perlu dilakukan dengan program pelatihan penggunaan media sosial bagi para ulama. “Kita memiliki banyak ulama juga. Kita latih mereka untuk menggunakan media sosial untuk menyebarkan Islam yang harmoni,” ujarnya.
“Kita memiliki ribuan ulama perempuan. Kita berharap ada solusi dari diskusi ini. Kita sangat senang bisa kerja sama nanti,” imbuhnya.
Senada, Ahmad Suaedy juga menyampaikan bahwa PBNU siap bekerja sama dalam pengembangan Pendidikan. “Kita dapat bekerja sama lebih lanjut tentang pendidikan Islam,” kata Dekan Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta.
Selain itu, pemahaman Islam seperti NU yang moderat dan damai juga perlu untuk disemai ke Thailand dalam rangka resolusi konflik. “Kita punya pengalaman Aceh dan di Patani masih ada problem yang mungkin bisa kita kerja sama untuk menyelesaikannya,” katanya.
Sepakat dengan hal itu, H Abdul Aziz Chemamat dari Komite Dewan Pusat Islam Thailand mengatakan bahwa memang pelajar lulusan Indonesia memiliki mutu ilmu dan akhlak yang berkualitas.
“Boleh kalau kita segala sumber kegiatan seperti di sini bisa dibawa ke Thailand selatan. Kita ambil metode di sini,” ujarnya.
Adapun Hijroatul Maghfiroh menyampaikan bahwa NU memiliki organisasi perempuan yang mengembangkan program secara mandiri hingga berpartisipasi secara luas di depan publik. Bahkan, ada juga Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) yang menjadi rekanan NU dalam menyemai narasi interpretasi yang berbeda atas ayat-ayat Al-Qur’an.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad