Nasional

Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Menteri PPPA Bicara Penguatan Sekolah Ramah Anak

Sabtu, 8 November 2025 | 20:00 WIB

Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Menteri PPPA Bicara Penguatan Sekolah Ramah Anak

Menteri PPPA, Arifatul Choiri Fauzi usai menjenguk para korban ledakan SMAN 72 Jakarta di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih, Jakarta, Sabtu (8/11/2025) (NU Online/Jannah)

Jakarta, NU Online
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifatul Choiri Fauzi menyampaikan pentingnya penguatan program Sekolah Ramah Anak usai insiden ledakan yang terjadi di SMAN 72 Jakarta. Menurutnya, sekolah seharusnya menjadi ruang aman dan nyaman bagi siswa, bukan tempat yang menimbulkan rasa takut atau ancaman.

 

"Jadi memang perlu penguatan sekolah ramah anak. Sekolah ramah anak itu kan sekolah yang aman, nyaman, sehat, bersih, kemudian inklusif dan bebas dari kekerasan. Nah, ini perlu penguatan kembali dilakukan bersama-sama," ujar Arifah di RS Islam Cempaka Putih, Jakarta, usai menjenguk para korban ledakan, Sabtu (8/11/2025).

 

Arifah menyampaikan keprihatinan mendalam atas peristiwa tersebut. Ia berharap para korban dapat segera pulih, baik secara fisik maupun psikis.

 

“Tadi saya menjenguk anak-anak yang menjadi korban dari peristiwa yang terjadi di SMA Negeri 72 Jakarta. Kita menyampaikan empati dan tetap menyemangati anak-anak dan juga keluarga yang hadir di situ supaya mereka tidak patah semangat untuk melanjutkan sekolah,” ucapnya.

 

Lebih lanjut, Arifah mengatakan bahwa perlunya penguatan Sekolah Ramah Anak menjadi penting karena setiap anak memiliki hak untuk merasa aman, bahagia, dan bebas dari kekerasan di lingkungan pendidikan.

 

“Kalau sekolah yang ramah anak itu, satu, sehat artinya memang kondisi sekolahnya bersih. Nyaman, artinya anak-anak merasa bahagia berada di tempat itu. Kemudian aman, mereka tidak merasa ada ancaman dan sebagainya. Inklusif, artinya siapa pun punya hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Tidak ada atau bebas dari kekerasan, ya, itu harus diupayakan,” katanya.

 

Arifah mengatakan bahwa penguatan program ini tidak bisa dilakukan oleh Kementerian PPPA saja, tetapi harus melalui kerja sama lintas sektor.

 

"Ini perlu kolaborasi dari berbagai pihak, dari pihak sekolah, keluarga, dan juga masyarakat,” katanya.

 

Ia mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program Sekolah Ramah Anak di SMAN 72 Jakarta. Evaluasi ini akan dibahas dalam rapat koordinasi lintas kementerian dan lembaga, melibatkan Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Dinas Sosial, Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi), serta pihak kepolisian.

 

"Kita tunggu saja hasil penyelidikan yang sedang dilakukan. Sudah ada yang menangani, kalau kita kan lebih kepada perlindungan dan memberikan pemulihan,” katanya.

 

Berdasarkan informasi terakhir, sebanyak 29 siswa menjadi korban dalam insiden ledakan tersebut. Empat belas korban kini dirawat di ruang rawat inap RS Islam Cempaka Putih dan empat belas korban lainnya di RS Yarsi, sementara satu siswa lainnya masih berada di ruang ICU untuk mendapatkan perawatan intensif.