Juma'ali atau yang biasa dipanggil Lek Jum, dalang wayang wolak walik pada sebuah acara (Foto: https://pcnucilacap.com)
Jakarta, NU Online
Dalang wayang kulit asal Malang, Jawa Timur, Ki Ardhi Purbo Antono, mengenang sejawatnya sesama dalang dan sesama pengurus Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi), Juma'ali atau yang biasa dipanggil Lek Jum yang wafat pada Ahad (5/5/2024) pukul 12.50 WIB.
Menurut Kia Ardhi, Lek Jum dianggap sebagai guru, terutama bagi teman-teman yang berkhidmah di Lesbumi PBNU. Ia seolah menggantikan Romo Kiai Agus Sunyoto, membawa kenangan-kenangan dari pergerakan masa lalu.
Hal ini, kata dia, karena Lek Jum merupakan seorang pelaku dan juga santri langsung dari Kiai Hasyim Wahid atau Gus Im. Selain itu, ia juga sangat dicintai oleh Gus Im dan Gus Dur.
"Sampai pada detik beliau meninggal dunia, sampai pada detik Lek Jum seda itu uswah yang dapat kita tangkap adalah sebuah kesederhanaan, keluguan, kepolosan, kejujuran, persahabatan, keceriaan, bahkan beliau meninggal saja pada posisi di warung kopi," ujarnya kepada NU Online, Ahad (13/5/2024).
Ia mengungkapkan bahwa Lek Jum adalah seorang aktivis dan tokoh pergerakan. Teman-teman pergerakannya di berbagai daerah, misalnya di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Semarang. Salah seorang sahabat Lek Jum ada penceramah kondang KH Ahmad Muwafiq, yang dikenal sebagai Gus Muwafiq.
Lebih lanjut ia menceritakan, Gus Muwafiq bersaksi bahwa Lek Jum adalah sosok yang sederhana, lucu, dan polos.
"Gus Muwafiq beliau bersaksi bahwa Gus Im kalau marah yang dicari Lek Jum. Saya tanya untuk apa Gus? Untuk dimarahi. Itu saking dekatnya sosok Lek Jum dengan Gus Im," terangnya
Menurutnya, ia sangat tegas dan bijaksana, dan teman-teman Lesbumi juga bersaksi bahwa Lek Jum adalah seseorang yang sangat zuhud.
Baca Juga
Sejak 2010, Singkatan Lesbumi Berubah
"Bagaimana tidak zuhud, beliau adalah orang yang dekat dengan Gus Dur, Gus Im. Itu kalau mau kaya Insyaallah sudah lalu-lalu bisa kaya. Namun tokoh Lek Jumali yang dekat dengan para tokoh penting di NU ini tidak pernah memanfaatkan kedekatan, tidak pernah memanfaatkan keakraban para tokoh NU untuk mencari atau mengais kebutuhan pribadi," ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa bagi aktivis Lesbumi jika KH Agus Sunyoto dianggap sebagai bapak, maka Juma'ali dianggap sebagi Pak Lik (Paman).
"Jadi sejak Lesbumi bangkit ada bapak kebangkitan Lesbumi yang ditandai oleh beliau Romo Agus Sunyoto itu kalau Romo Agus Sunyoto adalah ayah bagi kami, maka Lek Jum itu Pak Lik Lesbumi, bapak cilike Lesbumi. Sehingga tidak ada Lesbumi yang tidak akrab dengan Lek Jum," pungkasnya.