Nasional

Lesbumi PWNU DIY Gelar Pameran Seni Rupa Ro’an, Angkat Nilai Gotong Royong sebagai Jiwa Bangsa

Rabu, 29 Oktober 2025 | 13:30 WIB

Lesbumi PWNU DIY Gelar Pameran Seni Rupa Ro’an, Angkat Nilai Gotong Royong sebagai Jiwa Bangsa

Pameran Seni Rupa bertajuk Ro’an Art Exhibition oleh Lesbumi PBNU, Selasa (28/10/2025) di Yogyakarta. (Foto: dok Lesbumi PWNU DIY)

Yogyakarta, NU Online

Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU, KH M Jadul Maula, menyambut baik penyelenggaraan Pameran Seni Rupa bertajuk Ro’an Art Exhibition yang merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Santri 2025 di Gallery Prawirotaman Hotel Yogyakarta, Selasa (28/10/2025) malam. Pameran tersebut digelar Lesbumi PWNU DIY.

 

Menurut Kiai Jadul, pameran ini menjadi ruang penting bagi seniman untuk merespons isu kebangsaan melalui karya yang membumi dan sarat nilai kebudayaan.


“Saya menyambut baik pameran ini, terutama karena tema mengangkat ro'an atau gotong royong sedang menjadi perhatian nasional. Pameran ini menunjukkan bagaimana seni rupa bisa menjadi cara mendekatkan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan agar lebih hidup di tengah masyarakat,” ujar Kiai Jadul.


Ia berharap, nilai-nilai ro’an atau gotong royong yang tumbuh di kampung-kampung dan pesantren-pesantren tidak hilang oleh arus budaya kota yang serba kompetitif. “Nilai-nilai luhur yang lahir dari komunitas kecil harus disuarakan dan ditularkan ke atas, agar menjadi dorongan luhur yang lahir dari jiwa murni dan niat tulus. Dari sanalah kehidupan bermasyarakat dan berbangsa bisa menjadi baik,” tuturnya.


Menurut Kiai Jadul, kondisi kebangsaan saat ini memerlukan kebangkitan kembali keinginan luhur masyarakat. Ia menilai, banyaknya bencana sosial maupun politik yang terjadi merupakan tanda menurunnya semangat luhur dalam berbangsa.


“Kita seolah sedang mengalami defisit keinginan luhur. Padahal, landasan dasar negara kita adalah atas berkat dan rahmat Allah. Jika masyarakat menumbuhkan keinginan luhur, maka rahmat Tuhan akan kembali turun,” ungkapnya.


Kiai Jadul menegaskan, tema gotong royong dalam pameran ini selaras dengan spirit pesantren dan tradisi tabarrukan—yakni semangat hidup bersama dalam kebersamaan yang penuh kasih. “Nilai-nilai itu perlu dihidupkan kembali, karena di sanalah jiwa bangsa Indonesia sejatinya berakar,” ujarnya menutup sambutan.


 

Pameran Seni Rupa bertajuk Ro’an Art Exhibition oleh Lesbumi PBNU, Selasa (28/10/2025) di Yogyakarta. (Foto: dok Lesbumi PWNU DIY)
 

Budaya dan kesenian adalah partner perjuangan

Sementara itu, Ketua PWNU DIY, KH Zuhdi Muhdlor, menyampaikan rasa syukur dan penghargaan atas terselenggaranya kegiatan tersebut yang dinilai sejalan dengan semangat dakwah kultural yang telah lama menjadi ciri khas Nahdlatul Ulama.


“Kami sangat senang, PWNU sangat menghargai peran teman-teman Lesbumi atas pameran ini,” ujar Kiai Zuhdi.


Menurutnya, NU sejak awal tidak pernah memandang budaya dan kesenian sebagai pesaing dalam perjuangan dakwah Islamiyah. Sebaliknya, budaya dan kesenian merupakan sarana strategis untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan kepada masyarakat.


“Saya sangat mengapresiasi dan memang kita di NU tidak pernah menetapkan budaya atau kesenian sebagai kompetitor dalam perjuangan kebudayaan. Kesenian adalah bagian dalam mengembangkan kebaikan dakwah Islamiyah, dan ini sudah dicontohkan oleh Walisongo,” jelasnya.


Kiai Zuhdi menegaskan, kebudayaan justru menjadi media efektif untuk menyampaikan pesan dakwah yang santun dan membangun.


“Budaya dan kesenian adalah partner perjuangan, bagian dari perjuangan, bukan sebagai kompetitor. NU tidak pernah memandang budaya dan seni sebagai saingan,” tegasnya.


Ia pun berpesan agar para seniman yang tergabung di Lesbumi terus berkreasi dan mengembangkan potensi seni dengan semangat ro’an atau gotong royong yang lahir dari tradisi pesantren dan masyarakat.


“Silakan teman-teman Lesbumi mengembangkan dengan sebaik-baiknya,” pungkasnya.


 

Pameran Seni Rupa bertajuk Ro’an Art Exhibition oleh Lesbumi PBNU, Selasa (28/10/2025) di Yogyakarta. (Foto: Lesbumi PWNU DIY)
 

Tradisi ro'an

Dalam keterangan tertulis, Lesbumi NU DIY menyebutkan bahwa ro'an merupakan istilah yang lahir dari rahim pesantren. Secara bahasa ro’an berarti gotong royong, menandai pada pekerjaan yang membutuhkan fisik. Secara istilah ro’an merujuk kepada tidak hanya sekadar ikatan fisik namun juga pada pikiran dan perasaan yang menguatkan mereka yang sedang menempuh ilmu di pesantren.


"Dewasa ini, sebagai sebuah bangsa Indonesia membutuhkan ruh dari istilah ini untuk mengikat kembali segala hal yang sudah mulai tercerai berai. Hal tersebut bisa kita dapat lihat pada berbagai tayangan di media sosial di mana satu sama lain di kalangan masyarakat saling menaruh rasa curiga, lebih mementingkan kehidupan individual ketimbang kolektifitas atau gotong royong," tulis Lesbumi DIY.


Pada kesempatan kali ini, dua belas seniman turut serta mengekspresikan segala hal yang berkenaan dalam kandungan saraf otak dan hati nurani melihat situasi sosial yang tengah terjadi, baik di dalam maupun luar negeri.


Adapun seniman yang ikut terlibat dalam pameran ini adalah: Datuk Wira, Ho2x, Stiyoko, Kartiko, Danang (Mumu), Rahmad Efendi, Susiyo Guntur, Gus Khollil, Sony P, Lestyono, dan Gappo.