Literasi, Numerasi, dan Karakter NU: Pembelajaran Primer di Tingkat Dasar
Jumat, 24 Juni 2022 | 21:00 WIB
ToT Fasilitator Daerah Program Organisasi Penggerak (POP) LP Ma'arif NU dan Kemendikbudristek di Yogyakarta, Jumat (24/6/2022).
Jakarta, NU Online
Kemampuan literasi, numerasi, dan penanaman karakter Nahdlatul Ulama merupakan pembelajaran primer yang harus dilakukan di sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah di lingkungan Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif.
“Literasi dan numerasi, serta karakter an-Nahdliyah, merupakan proses pembelajaran primer (dasar) bagi satuan pendidikan kelas bawah, setingkat SD/MI,” kata Sekretaris LP Ma’arif NU PBNU Harianto Oghie saat Training of Trainer (ToT) Fasilitator Daerah Program Organisasi Penggerak SD LP Ma’arif NU di Hotel Grand Tjokro, Yogyakarta, Jumat (24/6/2022).
Oleh karena itu, program ini bagi guru-guru di lingkungan LP Ma’arif NU sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran bagi murid-murid di sekolah maupun madrasah. Di sisi lain, lanjutnya, ToT ini akan meningkatkan kompetensi dan kemampuan guru-guru yang berkarakter Aswaja dalam penguasaan metodologi pembelajaran literasi dan numerasi yang mudah dicerna atau dipahami murid-murid kelas bawah.
Sementara itu, Suardi sebagai PIC Program POP LP Ma’arif NU dalam sambutannya menyampaikan bahwa ToT literasi numerasi Fasilitator Daerah POP LP Maarif NU merupakan kegiatan puncak dari program tersebut. Sebagai puncak kegiatan, maka ToT ini sangat penting sebagai tolok ukur keberhasilan POP kerja sama antara LP Ma’arif NU dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikudristek).
Peningkatan kemampuan literasi dan numerasi ini juga harus dibarengi dengan penguatan karakter siswa. Sebab, karakter siswa saat ini terus tergerus dengan semakin majunya teknologi dan informasi.
Sementara itu, Wakil Bendahara PBNU H Fahmi Akbar Idris dalam sambutannya juga berpesan kepada seluruh peserta untuk betul-betul mengikuti ToT dengan penuh serius dan disiplin agar nanti para peserta dengan fasilititor atau setidaknya ketika fasilitator menyampaikan materi sebanyak 100 persen maka setidaknya peserta TOT harus mampu melakukan transmisi ke bawah kepala sekolah dan guru sebanyak 90 persennya.
“Jika peserta menyampaikan kurang dari 90 persen, misalnya hanya mampu menyampaikan 60 persen, maka TOT kali dianggap tidak berhasil,” tegasnya.
Lebih lanjut, Fahmi menyampaikan para trainer nanti harus mampu menyampaikan materi numerasi dengan metode yang menyenangkan bagi anak. Jangan sampai anak takut terhadap matematika, tidak berani bertanya, dan tidak berani mencoba karena takut terhadap matematika.
“Sebentar lagi kita akan memperingati satu abad NU. Kita berharap setelah NU berusia satu abad ini lahir dari anak-anak NU orang-orang yang ahli. Lahir ahli matematika, ahli bahasa, ahli sains, ahli di bidang agama dan ahli-ahli lainnya sehingga NU semakin maju dan berjaya di abad yang kedua ini,” imbuhnya.
Pembukaan ToT ini dihadiri oleh Wakil Kepala Dinas pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY Suhirman, Ketua LP Ma’arif NU DIY Tadkiroatun Musfiroh, serta 75 guru peserta ToT dari Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Editor: Syakir NF