Nasional

LP Ma'arif PBNU Gelar Pelatihan Guru Madrasah, Integrasikan Kearifan Lokal dan Kurikulum Cinta

Selasa, 2 Desember 2025 | 16:30 WIB

LP Ma'arif PBNU Gelar Pelatihan Guru Madrasah, Integrasikan Kearifan Lokal dan Kurikulum Cinta

Ketua LP Maarif PBNU Prof Ali Ramdhani saat berpidato dalam acara peningkatan kapasitas guru dan pendidik yang diselenggarakan, di Jakarta, pada Selasa (2/12/2025). (Foto: Ghufron/TVNU)

Jakarta, NU Online

Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar pelatihan dan capacity building bagi guru-guru madrasah dan Mitra Pendidikan Indonesia (MPI) di Hotel The Dharmawangsa, Jakarta, Selasa (2/12/2025).


Kegiatan bertema Penguatan Pengelolaan Madrasah: Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) ini digelar bekerja sama dengan UNICEF (United Nations Children's Fund) sebagai agen hibah untuk hibah kemitraan global kapasitas sistem untuk pendidikan (system capacity grant global partnership for education).


Ketua Umum LP Ma'arif NU Muhammad Ali Ramdhani menjelaskan bahwa pelatihan ini ditujukan untuk memberi pengalaman cinta bagi para guru madrasah dan pendidik agar dapat mengimplementasikan nilai-nilai yang menjadi pilar kurikulum berbasis cinta secara holistik.


"Ilmu yang mengurus hal yang bersifat intangible seperti cinta, itu harus dialami (oleh pendidik dan anak didik)," ujar Dhani.


Menurutnya, indikator ketercapaian dari kurikulum ini bukan terlihat pada nilai di selembar kertas, melainkan melalui perilaku yang tercermin dalam proses siswa berpikir, menghayati, dan mengamalkan apa yang diajarkan, utamanya dalam menumbuhkan cinta pada diri sendiri yang beriringan dengan cinta Allah, Rasulullah, dan lingkungan.


"Menghadirkan sebuah model-model pendidikan yang mengetengahkan rasa cinta akan mampu menghapus dosa pendidikan," ujar Dhani.


Dhani menyebut bahwa perundungan (bullying), kekerasan seksual, dan intoleransi menjadi tiga dosa besar dalam dunia pendidikan yang bisa diatasi melalui pemaknaan cinta yang baik dan benar. Pengentasan dari ketiga hal ini juga bisa dimulai dari perspektif mencintai diri sendiri yang juga menjadi salah satu pilar dalam KBC.


Dhani juga menyoroti realita bahwa setiap orang tercipta dengan membawa cinta sebagai nilai sejati dalam dirinya. Ketika nilai tersebut dipertajam dengan nilai agama, seorang manusia akan menjadi sosok yang sempurna dan selaras hati, akal, dan perbuatannya.


Pada kesempatan yang sama, perwakilan Mitra Pendidik Indonesia, Irfan Nabhani menyatakan perlu ada sinkronisasi dengan kearifan lokal dari nilai luhur dan budaya madrasah atau pesantren. Ia berharap kurikulum cinta bisa menjadi sebuah model pendidikan yang membentuk karakter profil pelajar rahmatan lil alamin.


"Banyak hal atau praktik baik yang dilakukan pesantren itu sangat sarat proses sinkronisasi dan alignment dengan kearifan lokal dan bersifat tashih," ujarnya.


"Sehingga nanti bisa menjadi sesuatu yang direplikasi dan diadopsi dalam penerapan Kurikulum Cinta disesuaikan dengan kearifan lokal yang ada," tambahnya.


Sebagai informasi, kegiatan ini dihadiri oleh sekira 70 orang pendidik dari madrasah, pesantren, sekolah, dan lembaga pendidikan.