LP Maarif PBNU Usulkan Silabus dan Kurikulum Berbasis Daring
Kamis, 8 April 2021 | 01:30 WIB
Jakarta, NU Online
Ketua Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), H Zainal Arifin Junaidi mengusulkan kepada pemerintah untuk meningkatkan komponen-komponen pembelajaran daring. Menurutnya, pembelajaran daring yang dilakukan saat ini banyak pihak yang menilai tidak berjalan efektif.
Saat webinar Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Pemanfaatan Teknologi dalam Pembelajaran Daring, Rabu (7/8), pihaknya menegaskan jika pembelajaran daring ini dilanjutkan akan berdampak pada penurunan kemampuan belajar peserta didik atau siswa.
Karenanya, "Komponen-komponen penting dari proses pembelajaran daring perlu ditingkatkan, dan perbaiki," kata pria yang sering disapa Kiai Arjun.
Adapun peningkatan dan perbaikan pada sistem pembelajaran daring, dengan sejumlah langkah. Pertama, terpenting adalah jaringan internet yang stabil. Kedua, gawai atau komputer yang mumpuni, aplikasi yang user frandly platform. Ketiga, sosialisasi daring yang bersifat efisien, efektif, kontinyu, dan integratif kepada seluruh stakeholder pendidikan.
Dari permasalahan pembelajaran daring tersebut, Kiai Arjun memberikan usulan solusi kepada pemerintah untuk mengeluarkan sebuah kebijakan terkait proses pembelajaran daring agar dapat berjalan secara efektif selama pandemi.
Menurutnya, pemerintah dapat menetapkan kebijakan membuka pelayanan gratis aplikasi daring dengan bekerja sama dengan pihak internet provider dan aplikasi dalam membantu proses pembelajaran daring.
"Pemerintah juga harus mempersiapkan kurikulum dan silabus pembelajaran yang berbasis daring. Sekolah-sekolah juga harus memberikan bimbingan teknik online proses pelaksanaan pembelajaran daring. Dan, sosialisasi kepada orang tua dan siswa melalui media cetak dan media sosial terkait tata cara pelaksanaan pembelajaran daring," jelasnya.
Di sisi lain, dia mengakui banyak dampak positif pembelajaran daring terhadap siswa. Di antaranya, siswa lebih banyak waktu bersama orang tua di rumah. Kemudian, siswa dapat belajar mengeksplorasi teknologi, informasi, dan komunikasi, serta dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada.
Namun kata dia, ada banyak juga dampak negatif dari pelaksanaan pembelajaran daring. Selain menurunnya kemampuan belajar peserta didik, juga berdampak pada ancaman siswa putus sekolah.
"Paling utama menurut Nadiem Makarim, siswa terancam putus sekolah lantaran harus bekerja membantu perekonomian orang tua," ujarnya.
Tak hanya itu, keterbatasan kuota internet dan gawai, tidak meratanya jaringan di Indonesia, siswa kurang bersosialisasi, tidak efektifnya penanaman nilai-nilai karakter, etika, dan disiplin terhadap siswa, juga menjadi persoalan.
Pendidikan di tengah pandemi ini menurut Kiai Arjun menjadi tantangan buat guru untuk tetap menjalankan tanggung jawabnya sebagai pendidik, dengan tetap mengembangkan kemampuan siswa dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Kontributor: Ridwan
Editor: Kendi Setiawan