Nasional

LPBINU Dorong Masjid Jadi Pusat Pengelolaan Sampah dan Lingkungan Berkelanjutan

Sabtu, 29 November 2025 | 21:30 WIB

LPBINU Dorong Masjid Jadi Pusat Pengelolaan Sampah dan Lingkungan Berkelanjutan

Pengurus LPBI PBNU Anwar Sani di Masjid Al Anwar Jakarta Barat. (Foto: NU Online/Fathur)

Jakarta, NU Online

Pengurus Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) PBNU, Anwar Sani, menegaskan bahwa program Masjid Hijau yang digelar bersama NU Care-LAZISNU bertujuan membangun sistem pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan di masjid-masjid. Menurutnya, masjid harus berkembang menjadi ruang yang tidak hanya digunakan untuk beribadah, tetapi juga menjadi pusat edukasi dan kesadaran lingkungan bagi masyarakat.


“Misi kita, LPBI bersama LAZISNU, melalui kegiatan pesantren Masjid Hijau ini adalah mengonsolidasi dan menyiapkan masjid agar benar-benar memiliki hubungan dengan isu lingkungan,” ujarnya kepada NU Online di Masjid Al Anwar, Jakarta Barat, Sabtu (29/11/2025).


Ia menekankan bahwa masjid merupakan salah satu penghasil sampah terbesar akibat berbagai kegiatan keagamaan seperti maulid, pengajian, hingga peringatan Isra Mi’raj. Karena itu, pengelolaan sampah dan sanitasi perlu ditata lebih baik.


“Bayangkan kalau masjid mengadakan maulid atau pengajian. Sampahnya harus dikelola dengan baik,” katanya.


Selain sampah, pengelolaan air bersih dan air limbah di masjid juga menjadi perhatian. Anwar menjelaskan bahwa teknologi pengolahan air kini sudah cukup tersedia dan dapat dimanfaatkan masjid untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat.


“Kita punya konsep bagaimana mengolah air limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat kembali. Teknologinya sudah ada,” jelasnya.


Menurutnya, instalasi penyulingan air bersih, pengolahan limbah domestik, hingga manajemen septik tank menjadi kebutuhan penting di banyak masjid. Melalui program ini, LPBI PBNU dan LAZISNU juga memberikan edukasi kepada para pengurus masjid tentang pentingnya mewujudkan masjid yang ramah lingkungan.


“Kita ingin memberi edukasi bagaimana menjaga dan membuat masjid menjadi Masjid Hijau,” tegasnya.


Lebih jauh, Anwar menyebut bahwa masjid harus menjadi pelopor kesadaran lingkungan. Dengan jumlah masjid di Jakarta yang mencapai sekitar 4.500, dampak penerapan pengelolaan sampah yang baik akan sangat signifikan.


“Bayangkan Bantar Gebang menerima sekitar 850 ton sampah per hari. Harusnya upaya pengurangan dimulai dari masjid,” ujarnya.


Sementara itu, Manager Fundraising NU Care-LAZISNU, Wahyu Noerhadi, menyampaikan bahwa program Masjid Hijau dan Inklusif merupakan rangkaian kegiatan Hari Santri. Program ini didukung oleh Paragoncorp yang menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan lingkungan di masjid.


“Salah satu mitra kami adalah Paragoncorp yang concern pada isu lingkungan. Mereka menyediakan tempat sampah dan fasilitas lainnya untuk masjid,” jelasnya.


Wahyu menambahkan bahwa program ini akan diperluas ke lebih banyak masjid, terutama di wilayah yang membutuhkan penghijauan dan perbaikan lingkungan.


“Ke depan, harapannya tidak hanya di sini. Beberapa masjid, khususnya di wilayah kampung yang butuh penghijauan dan keasrian, perlu kita sentuh,” ujarnya.


Ia mengingatkan bahwa perubahan iklim merupakan ancaman serius yang harus dihadapi bersama. “Kondisi cuaca makin tidak menentu. Climate change ini ancaman serius bagi kita semua, dan ini adalah tanggung jawab bersama,” pungkasnya.