Mahmud Syaltout Sebut Kemampuan Kiai Mampu Tandingi Teknologi Artificial Intelligence
Rabu, 28 Desember 2022 | 15:15 WIB
Jakarta, NU Online
Pakar Politik Internasional Mahmud Syaltout mengatakan bahwa inteligensi para kiai mampu menandingi kecanggihan teknologi Artificial Intelligence (AI). Jauh sebelum AI eksis seperti sekarang, kealiman para kiai telah banyak menyumbang manfaat dan memudahkan masyarakat.
“Sebetulnya para kiai kita itu AI yang hidup, living AI dengan grade super power machine learning, karena beliau punya pengolahan data yang tanpa harus mencet tombol enter atau bahasa coding, dan lainnya. Tapi cepat ketemu jawabannya,” kata Mahmud, saat menjadi pembicara di acara Halaqah Fiqih Peradaban, Senin (26/12/2022).
Kecerdasan itu, katanya, tampak dari kekhasan para kiai ketika menerima tamu atau seseorang yang mengadukan nasib dan meminta keberkahan agar urusannya dipermudah. Kiai cukup memberikan wejangan dan amalan sederhana, seperti shalawat. Amalan itu tak jarang membuka pintu solusi atas berbagai macam masalah yang tengah mendera jamaahnya.
“Misalnya, ada umat atau jamaah datang ke para kiai curhat sampai berjilid-jilid namun kiai ini hanya menyarankan membaca shalawat, dan yang ajaib itu apa yang dihajatkan kerapkali terkabul,” ucap pengurus Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) PBNU itu.
Hal itu, menurutnya, mustahil dilakukan oleh kehebatan teknologi sekelas AI sekalipun. Meski faktanya kecanggihan yang tersaji di Google Assistant serta Siri adalah bentuk asal teknologi bernama Artificial Intelligence alias AI.
“Pakai data modeling itu butuh survei berbulan-bulan untuk mengetahui hasilnya. Bahkan jika pun menggunakan riset Alvara itu juga sulit untuk mendapatkan behavioral pattern analysis (analisis pola perilaku),” ungkapnya.
Peraih gelar kehormatan Palmes Académiques itu kemudian menilai perlunya sistem pengolah data yang mampu menampung pemikiran-pemikiran para kiai, semisal penyimpanan cloud agar dapat diakses dengan mudah di mana pun dan kapan pun masyarakat membutuhkannya.
“Saya pernah kepikiran sebenarnya para kiai kita ini kalau bisa ilmunya diunduh kalau begitu semua pengetahuan dan wisdom beliau-beliau itu dimodelkan kemudian diunggah dalam cloud,” tutur Mahmud.
Terlepas dari pandangannya soal kehebatan dan kealiman para kiai, ia mengungkapkan bahwa sebetulnya dalam Islam terdapat tempat penyimpanan yang tiada batas dan rahasia, yaitu lauhul mahfudz.
“Kalau cloud ini kan sebenarnya inikan untuk istilah pesantren, para kiai ini kan sebenarnya familiar dengan istilah lauhul mahfudz sama saja. Itu kan cloud yang lebih tinggi dari yang dimiliki Amazon atau Google,” ucapnya.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Fathoni Ahmad