Masuk Islam, Mualaf Ini Ceritakan Ketertarikannya pada NU
Kamis, 12 November 2020 | 11:30 WIB
Filipus Arya Rohim Sembodostyo (samping kanan Kiai Said) sesaat setelah ikrar syahadat di PBNU, Kamis (12/11). (Foto: NU Online/Syakir)
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menuntun seorang pemuda nonmuslim, Filipus Arya Sembodostyo (37) memeluk Islam, pada Kamis (12/11). Setelah mualaf, pemuda tersebut diberi tambahan nama, menjadi Filipus Arya Rohim Sembodostyo.
Pada kesempatan itu, Kiai Said menerangkan bahwa Islam adalah agama yang hingga kini terjaga orisinalitasnya. Keistimewaan yang dimiliki Islam itu lantaran banyak penghafal Al-Quran yang membuat kitab suci dan ajaran Islam terjaga kesuciannya.
“Selamat, semoga menjadi muslim yang baik sesuai dengan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah yang rahmatan lil alamin,” kata Kiai Said, usai menuntun Arya membaca dua kalimat syahadat.
Setelah itu, Arya dihadiahi kitab suci Al-Quran dan peci berlogo Nahdlatul Ulama. Kepada NU Online, ia menyatakan kebahagiaan karena memeluk Islam melalui NU dan langsung dituntun Ketum PBNU.
“Saya memeluk Islam ini melalui satu proses perjalanan panjang. Saya banyak melakukan diskusi (tentang) Islam dengan teman-teman saya. Kita kadang nggak tahu titiknya di mana tapi itu berdasarkan perjalanan dan berproses,” kata Arya.
Ia mengatakan bahwa memeluk Islam melalui NU, bukan karena diarahkan oleh siapa-siapa. Melainkan lantaran keinginan sendiri. Hal itu karena sudah sejak dulu ia membaca dan memahami NU sebagai ormas Islam yang sejuk, ramah, dan menenteramkan.
“Dari lingkungan sekitar, seperti keluarga yang muslim juga banyak. Tapi dari situ melihat, kalau orang bahwa agama dinilai dari perilaku dan perbuatan orang-orangnya. Nah warga NU itulah yang membuat saya tertarik. Karena warga NU adalah cermin Islam yang rahmatan lil alamin,” ungkapnya.
“Islam yang dibawa warga NU itu Islam yang damai dan tidak suka kekerasan. Saya percaya itu karena saya juga tidak suka kekerasan. Cinta kasih terhadap makhluk itu enak sekali. Apalagi orang-orang NU itu suka ada banyolan-banyolan, lucu itu,” tambahnya.
Kemudian, hal yang membuatnya tertarik memeluk Islam melalui NU adalah karena budaya sangat penting dalam membawakan ajaran agama. Nilai itu yang dirasa terdapat di NU sehingga Islam dapat dibawakan dengan beradaptasi dengan budaya setempat.
“(Dan) saya rasakan ada kedamaian di NU,” ucapnya.
Ia juga mengaku seringkali menyaksikan ceramah-ceramah menyejukkan dari para pendakwah muda NU, di antaranya KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) dan KH Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah).
“Ke depan saya belum tahu akan berguru ke siapa, karena tokoh-tokoh NU itu kan saya hanya melihatnya dari media sosial. Tapi intinya saya merasa sreg (nyaman) menjadi warga NU,” pungkasnya.
Pada kesempatan itu, prosesi ikrar dua kalimat syahadat yang dituntun oleh Kiai Said, disaksikan pula oleh Sekretaris Jenderal PBNU H Ahmad Helmy Faishal Zaini dan Duta Besar Suriah untuk Indonesia Abdul Mun’im Annan yang sedang bertamu menemui Ketua Umum PBNU.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Fathoni Ahmad