Daerah

Jeritan Petani Indramayu di Tengah Euforia Panen Raya

Kamis, 10 April 2025 | 10:00 WIB

Jeritan Petani Indramayu di Tengah Euforia Panen Raya

Petani membungkus gabah kering hasil panen di Indramayu. (Foto: NU Online/Woko)

Indramayu, NU Online 

 

Isu swasembada pangan khususnya padi nampaknya belum bisa dirasakan oleh petani. Swasembada masih menjadi tagline pemerintah dan terasa sumbang bagi petani. Hal tersebut dirasakan oleh petani di Desa Mekarjaya Kecamatan Gantar Kabupaten Indramayu akibat harga gabah anjlok.

 

Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani pada tahun 2025 adalah Rp6.500 per kilogram. Hal itu berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Nomor 2 Tahun 2025. Namun faktanya, gabah petani hanya dihargai Rp5.000 per kilogram. Hal itu memunculkan spekulasi di mana dinas terkait berada seperti halnya Bulog.

 

Menurut Cardi (47), Ketua Gapoktan BBT I, mengatakan bahwa seharusnya pemerintah turun ke lapangan perihal problem yang dirasakan petani.

 

"Jika pemerintah ingin swasembada pangan ya seharusnya jangan menutup mata. Datang ke lapangan dan lihat fakta yang ada terutama soal regulasi harga," tegas Cardi kepada NU Online (Kamis, 10/4/25) 

 

Bagi Cardi, swasembada tidak bisa dicapai hanya dengan menggenjot produktivitas. Namun, cita-cita itu juga perlu ditunjang dengan mewujudkan kesejahteraan para petani yang tidak kalah pentingnya.

 

Senada, Fauji Rais (55) juga merasakan dampak harga gabah turun, sedangkan di satu sisi kebutuhan pokok terus naik. Belum lagi alokasi dana untuk anak sekolah dan modal tanam di musim berikutnya perlu ditinjau ulang.

 

"Jika harga gabah tidak sesuai harapan ya kami merugi. Terlebih saat ini modal tanam hingga panen tidak sedikit. Itu pun belum menghitung tenaga kami", ungkap petani Indramayu itu.

 

Fauji Rais berharap pemerintah tegas terutama ketika harga gabah anjlok, permainan pupuk oleh oknum, hingga regulasi, serta infrastruktur jalan. Jika hal itu direspons dengan baik, maka petani tidak ragu untuk mendukung program apapun yang dicanangkan pemerintah.

 

"Petani itu selalu siap mas. Hanya saja jika pemerintah menutup mata, misalnya, soal harga gabah, ya kami kecewa. Jadi, bagi kami, sejahterakan dulu, baru bicara swasembada. Salah satunya dimulai dari harga gabahnya," tegas Fauji.

 

Kontributor : Woko Utoro