Meneladani Cara Pandang Kiai Hasyim Muzadi dalam Menerapkan Moderasi Beragama
Kamis, 16 Maret 2023 | 07:00 WIB
Halaqah Nasional sebagai bagian Haul Ke-6 KH Hasyim Muzadi di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, Depok, Jawa Barat, Rabu (15/3/2023). (Foto: Rifky Aritama)
Depok, NU Online
Moderasi beragama menjadi hal yang aktif dipromosikan dan terus diupayakan guna membentuk cara pandang masyarakat yang moderat. Mengingat terus adanya ekstremisme, radikalisme, dan tak terbendungnya ujaran kebencian menjadi salah satu ancaman laten yang tidak boleh luput menjadi perhatian.
"Selalu mengakui, menghormati, dan mampu bekerja sama merupakan ciri dari masyarakat yang religius," tutur Ketua Wantimpres, Jenderal (Purn) Wiranto saat pembukaan Halaqah Nasional di Pesantren Mahasiswa Al-Hikam, Depok, Jawa Barat, Rabu (15/3/2023). Halaqah ini sebagai bagian dari Haul Ke-6 KH Hasyim Muzadi.
Indonesia dengan Pancasila turut menyuguhkan keistimewaan. "Ada rajutan antara sila satu tentang ketuhanan dan pengakuan terhadap agama lain dengan sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia," lanjut Wiranto di hadapan para santri dan jamaah.
Baca Juga
Moderasi Beragama dan Urgensinya
Hal tersebut juga selaras dengan apa yang disampaikan Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Waryono Abdul Ghafur. "Spirit anak pesantren (santri) yang pertama yaitu komitmen terhadap kesatuan Republik Indonesia," kata Waryono.
Waryono menyampaikan perlu dibangunnya ukhuwah wathaniyyah dan ruuhul mahad yang menjadi jati diri pesantren sejak didirikan oleh para ulama dari dulu hingga sekarang. "Pesantren yang tidak punya komitmen kepada kemanusiaan dan kenegaraan, itu merupakan penyimpangan dari kultur pesantren yang telah digagas oleh para kiai terdahulu," tuturnya.
Kegiatan yang bekerja sama dengan Badan Litbang Kementerian Agama itu mengusung tema Moderasi Beragama di Kalangan Pendidik, Dai, dan Santri. Langkah dan pemikiran Kiai Hasyim Muzadi pun mendapat banyak apresiasi dari narasumber. Terlebih jika pemikiran Kiai Hasyim Muzadi direalisasikan oleh generasi masa kini dalam menghadapi pemilihan umum yang sebentar lagi akan tiba.
"Tepat sekali menjelang pemilu kita berbicara moderasi beragama, sehingga pemikiran kita akan tersebar dan dapat 'mendinginkan' suasana sehingga 'tidak mendidih'," kata Wiranto.
"Alhamdulillah bahwa suasana panas itu hanya sementara, setelah pemilu dingin kembali dan utuh kembali," lanjut Wiranto," kata Wiranto mengenang pemilu-pemilu sebelumnya.
Menurutnya suasana panas karena pemilu terjadi karena syahwat politik atau syahwat untuk menang yang berpotensi menghilangkan perasaan sebagai bangsa. Ia juga menjelaskan bahwa kekuatan agama dengan konsep moderasi beragama menjadi salah satu yang membuat negeri ini utuh. "Yang sama jangan dibedakan, yang beda jangan disamakan," tegasnya.
Di tengah pembahasan tentang moderasi beragama, Wiranto juga turut menyampaikan kedekatan hubungan emosional dengan sosok pendiri Pesantren Al Hikam Depok, KH Hasyim Muzadi. "Saya sangat bersyukur apa yang banyak diceritakan oleh beliau satu per satu terwujud," ungkapnya.
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam, M Yusron Sidqi, dalam sambutannya menceritakan, "Sebelum abah (KH Hasyim Muzadi) wafat beban pikirannya adalah agama dan negara. Tentang bagaimana keislaman di Indonesia dan nasib negara Indonesia sendiri."
Karena itu, lanjut M Yusron, "Sebelum beliau wafat, abah menitipkan 2 hal, yaitu menitipkan kepada para kiai dan tokoh agama mengenai Islam di Indonesia. Kemudian kenegarawan abah menitipkan Indonesia."
Baca Juga
KH Hasyim Muzadi, Kiai 'di atas Lumayan'
Yusron juga menyampaikan tidak ada jarak antara negara dan agama. Halaqah tersebut menjadi pertemuan antara orang-orang yang memperjuangkan nilai-nilai agama dan negara sekaligus. Menurutnya agama dan bisa bersinergi satu sama lain.
Halaqah ini turut dihadiri Rais Syuriyah PBNU Kiai Cholil Nafis dan Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Prof Rochmat Wahab sebagai narasumber.
Kontributor: Rifky Aritama
Editor: Kendi Setiawan