Mengapa Sarjana Perlu Belajar di Luar Bidangnya? Ini Penjelasan Rektor UNU Yogyakarta
Jumat, 30 September 2022 | 20:00 WIB
Yogyakarta, NU Online
Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, Widya Priyahita Pudjibudojo mengatakan untuk meraih kesuksesan, para sarjana hendaknya jangan ragu untu belajar di luar bidangnya. Pasalhnya saat ini adalah eranya hybrid (campuran dengan teknologi) bukan lagi linear (ilmu murni).
"Tak terkecuali dalam pola pikir dan pembelajaran. Semua bidang ilmu bisa dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi," kata Widya saat mengisi Webinar Sevima di Hari Sarjana Indonesia, Kamis (29/9/2022).
Widya mencontohkan dunia pendidikan, yang jika dilakukan secara linear maka hanya akan berfokus pada pembelajaran di ruang kelas. Saat ini dengan perkembangan teknologi, dunia pendidikan bisa digabungkan dengan aplikasi di handphone, dan memiliki peluang bisnis yang luar biasa.
"Mahasiswa masih kuliah, bisa membuat aplikasi pembelajaran bahkan menjadi guru les secara online. Dokter bisa memberikan konsultasi melalui online. Ini tidak bisa terjadi kalau sarjana pendidikan dan sarjana kedokteran tidak belajar teknologi," ungkap Widya.
Menurutnya, agar percaya diri dalam belajar di luar bidang, para sarjana harus percaya bahwa belajar apa pun pasti ada manfaatnya, sebab hasil dari belajar bukan sekedar selembar ijazah.
"Tapi juga peluang untuk mix and match, mempelajari yang relevan dan dibutuhkan masyarakat, menghubungkan dengan apa yang dibutuhkan masyarakat, sehingga ilmu yang sarjana miliki akan sesuai dan ada lapangan kerjanya," lanjut Widya.
Belajar Caranya Belajar
Selain itu, untuk meraih kesuksesan, lulusan perguruan tinggi juga perlu belajar caranya belajar dan meninggalkan sebagian yang sudah dipelajari. Ia mengingatkan ilmu pengetahuan pasti akan berubah, sesuatu yang dipelajari di masa lalu belum tentu relevan di masa depan.
"Jadi para sarjana perlu memiliki skill caranya belajar, dan meninggalkan sebagian yang sudah dipelajari untuk digantikan dengan hal yang baru," imbuh pria yang juga Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara.
Ia berpendapat, pada akhirnya sekolah adalah tempat belajar untuk bagaimana belajar, sehingga bisa beradaptasi dalam situasi apapun, terlebih perubahan dunia yang demikian cepat dan disruptif.
"Selain kemampuan untuk belajar, yang dibutuhkan saat ini juga adalah menyaring hal-hal usang yang sudah dipelajari, sehingga kemampuan untuk menerima hal-hal baru bisa lebih cepat," ujarnya.
"Saya tidak melihat sekolah untuk belajar sesuatu karena sesuatu itu mudah rusak. Misal manajemen, teori yang kita pelajari hari ini pada tiga tahun lagi mungkin usang," kata mahasiswa baru pada jenjang doktoral di Paris School of Business Prancis itu.
Karena itu, para sarjana harus memposisikan diri seperti gelas. "Gelas ketika penuh diisi air terus menerus, air akan tumpah. Nah, kita juga harus bisa membuang apa yang kita pelajari yang telah usang, agar hal baru bisa masuk, karena dunia terus berubah jangan pakai cara pandang lama untuk melihat hal baru," katanya.
Dua tips tersebut melengkapi tips lainnya bagi sarjana yang ingin sukses yaitu memahami peluang yang ada dan cepat beradaptasi.
Editor: Kendi Setiawan