Brebes, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU), dilahirkan bukan diruang hampa, dalam artian bukan dalam kondisi tanpa persoalan. NU justru lahir di kala Islam Indonesia menghadapi problema munculnya paham aqidah wahabiyah sehingga perlu dibentuk komite hijaz yang menjembatani perundingan dengan raja Saudi Arabia. <>
“Dari komite hijaz inilah kemudian lahir Nahdlatul Ulama,” terang Ketua Pengurus Wilayah NU Jawa Tengah KH Muhammad Adnan saat menyampaikan sambutan pada rapat Koordinasi Pengurus Cabang NU Brebes bersama badan otonom dan lajnah NU se-kabupaten Brebes, Kamis (17/5) lalu.
NU, lanjutnya, bersentuhan langsung dengan lingkungan yang beraneka ragam. Makin hari, lingkungan itu makin penuh yang berarti makin tumbuh pula persoalan-persoalan kemasyarakatan yang muncul. NU harus memberikan solusi terbaik untuk kemaslahatan umat.
Termasuk dalam proses pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) Kabupaten Brebes, problema masyarakat yang muncul kian banyak. Maka NU harus tampil digarda terdepan untuk menyelesaian persoalan umat demi kemaslahatan bersama. “NU harus siap menghadapi lingkungan dan mampu mengatasi persoalan, bukannya larut dan hanyut,” tandas Adnan.
Meski NU bukan organisasi politik, tetapi NU memiliki politik kebangsaan. Yang artinya, bila kondisi bangsa atau suatu daerah membutuhkan uluran kader-kader NU maka NU harus tampil menahkodai.
Adnan juga memuji PCNU Brebes yang dipimpin H Athoillah MSi bergerak maju dengan dinamis. Baik dari segi keorganisasian, kegiatan maupun kekompakan dalam menjalankan roda organisasi. “Sejauh ini, PC NU Brebes sangat bagus dinamikanya,” puji Adnan.
Dalam kesempatan tersebut, Adnan memberikan hadiah piala dan 1 buah laptop untuk Majelis Wakil Cabang (MWC) Kecamatan Bulakamba. Sedangkan Ranting Sawojajar mendapat hadiah 1 buah televisi.
Redaktur : Syaifullah Amin
Kontributor : Wasdiun