Nasional

Muktamar NU Angkat tentang Kemandirian, Ini 3 Hal yang Perlu Dikembangkan

Jumat, 5 November 2021 | 23:30 WIB

Muktamar NU Angkat tentang Kemandirian, Ini 3 Hal yang Perlu Dikembangkan

Logo Muktamar ke-34 NU.

Jakarta, NU Online

Ketua Panitia Pelaksana Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) Kiai M Imam Aziz menyebut bahwa kemandirian warga akan menjadi perhatian khusus di dalam agenda Muktamar ke-34 NU digelar pada 23-25 Desember 2021, di Provinsi Lampung. 


Ia menjelaskan, kemandirian warga NU di bidang ekonomi secara umum, belum sampai pada cita-cita yang diharapkan selama ini. Menurutnya, mandiri itu berarti berdaulat. Saat ini, Indonesia sangat kaya dengan sumber daya tetapi belum mampu berdaulat, sehingga secara ekonomi pun bisa mandiri.


“Kalau dalam teori makro-ekonomi bahwa yang disebut kemandirian itu akan berbasis pada beberapa hal. Pertama, soal pengetahuan dan intelektual. Ini lebih kepada pengembangan sumber daya manusia. Saya kira, kita harus rendah hati mengakui bahwa kita belum sampai pada taraf pengetahuan yang cukup untuk dijadikan sebagai landasan,” kata Kiai Imam Aziz, ditemui NU Online, di sebuah hotel di bilangan Jakarta Pusat, pada Kamis (4/11/2021) kemarin. 


Sebelum Indonesia merdeka, orang-orang NU lebih suka berkutat di pengetahuan-pengetahuan yang sifatnya sangat terbatas. Warga NU memang unggul dalam hal pengetahuan agama, tetapi banyak tertinggal ketika membahas berbagai persoalan dari perspektif pengetahuan umum. 


“Kita lebih berkutat di pengetahuan-pengetahuan yang sangat terbatas, dibandingkan dengan tetangga kita. Saya misalnya generasi ketiga dari kakek-nenek saya yang buta huruf. Saat ketemu teman sebaya saya di Jakarta, kakeknya sudah menjadi rektor. Soal pengetahuan agama, kita oke lah. Tetapi dalam hal pengetahuan umum kita masih sangat kurang,” terangnya. 


Kedua, basis yang harus dikembangkan NU untuk mencapai kemandirian adalah soal teknologi. Dijelaskan Kiai Imam, teknologi merupakan sesuatu yang bersifat lebih praktis. Artinya, penguasaan pada pengetahuan untuk berbagai hal teknis untuk membantu kehidupan manusia. 


“Kita juga masih ketinggalan di situ. Harus direfleksikan, meskipun sekarang sudah mulai banyak, tetapi kan kalau dibandingkan tetangga, jauh lebih besar mereka daripada kita,” terang Kiai Imam yang juga Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu. 


Ketiga, Kiai Imam Aziz menekankan bahwa sebagian besar warga NU yang kehidupannya berbasis pada pertanian harus lebih dieksplorasi lagi. Tanah garapan, teknologi pertanian yang bagus, dan jejaring ekspor-impor yang baik hingga kini juga belum bisa tertangani dengan baik oleh warga NU. 


“Kita harus melihat ke belakang dan ke depan. Kadang kita lupa bahwa negara kita sangat kaya dari sisi agraria, tetapi kita juga sangat miskin dari segi produk-produk agraria. Kita juga kaya dengan laut, tetapi kita juga miskin dengan produk-produk laut. Itu akan menjadi agenda besar NU ke depan,” terangnya. 


Karena itu, pada gelaran Muktamar ke-34 NU di Lampung nanti, forum bahtsul masail akan membahas soal reforma agraria yang sampai saat ini belum tuntas. Banyak kebijakan-kebijakan negara terkait reforma agraria yang kerapkali mengorbankan hak warga atas tanah. 


“Makanya dibahas di forum bahtsul masail soal reforma agraria. Itu tema-tema dasar. Kalau ada orang tanya kok itu-itu lagi. Lah memang belum sampai-sampai (terwujud) kok kita, maka harus diulangi lagi (dengan berbagai kajian pemecahan masalah),” pungkas Kiai Imam Aziz.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad