Muslim Australia dan Indonesia Diskusikan Peran Perempuan dalam Kunjungan ke PBNU
Rabu, 11 September 2024 | 13:30 WIB
Jakarta, NU Online
Generasi muda Muslim dari Australia dan Indonesia mengunjungi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Gedung PBNU, Senen, Jakarta Pusat, Rabu (11/9/2024).
Mereka yang hadir merupakan pemuda dan pemudi delegasi Australia Indonesia Muslim Exchange Program (AIMEP) 2024. Mereka juga berasal dari berbagai latar belakang profesi seperti guru musik, dekan, manajer, dan konsultan.
Kehadiran para delegasi AIMEP ini disambut oleh Wakil Sekretaris Jendral PBNU, Hj Safira Machrusah, Anggota Badan Pengembangan Jaringan Internasional (BPJI) Eko Zuhri Ermada, dan Munawir Aziz. Sementara delegasi AIMEP didampingi oleh Co-Founder Mosaic Connections Rowan Gould.
Dalam kesempatan tersebut, seorang delegasi perempuan bernama Ruhee Meghani bertanya tentang peran perempuan Muslimah yang dapat terus aktif berkarier walaupun sudah berkeluarga.
"Bagaimana caranya bagi kami para perempuan muda yang ingin menjadi seperti Ibu Rosa dan apa saja tantangannya?" tanya Ruhee.
Pertanyaan Ruhee tersebut terinspirasi dari sosok Wasekjen PBNU Rosa (sapaan akrab Safira Machrusah) yang menurutnya bisa menjaga produktivitas di ranah karier dan mampu menyeimbangkannya dalam lingkup keluarga.
Rosa menanggapi hal itu dengan penjelasan bahwa jika ingin mengaktualisasi diri sebagai sosok perempuan yang menjadi bagian dari masyarakat harus terlebih dulu mengomunikasikan hal-hal yang terkait dengan keluarga.
"Sebagai contoh, saya punya suami dan saya mendiskusikan berbagai macam hal dengan suami saya. Karena menurut pendapat saya ketika seorang perempuan kembali kepada perannya dalam rumah tangga, suamilah yang berperan sebagai kepala rumah tangga," tutur Rosa.
Mengomunikasikan berbagai hal kepada suami seperti potensi diri, kapabilitas, peluang, dan pemikiran mengantarkan Rosa dan pasangannya kepada sebuah kesepakatan dan rasa saling pengertian.
Menurut Rosa mengomunikasikan hal demikian tidak hanya berhenti sampai kepada suami tetapi juga kepada anak-anak.
Dengan begitu, keluarga dapat memahami kondisi yang sedang dialami ketika menjalani peran yang berbeda saat bekerja dan saat di rumah.
Mengenai tantangan saat menjadi wanita karier, Rosa menjelaskan bahwa saat siap terjun ke dalam ranah profesional yang diinginkan seorang perempuan harus bersiap mematahkan berbagai stereotipe yang berkembang luas di masyarakat.
"Misalnya, saat kita mau menjadi seorang pemimpin kita harus siap menghadapi berbagai stereotipe yang melekat pada perempuan seperti dalam memutuskan sesuatu perempuan lebih menggunakan sisi emosional dari pada sisi logikanya. Ini harus kita hadapi dan patahkan," jelas Rosa.
Rosa berpendapat, stereotipe semacam itu akan selalu ada saat perempuan terjun ke ranah profesional. Namun, ia berpesan untuk tidak menyerah dan tetap bekerja secara profesional hingga seiring berjalannya waktu kapabilitasnya diakui dan stereotipe tersebut tidak selalu benar.
Ia berpesan bahwa akan banyak tantangan yang dihadapi seorang perempuan dengan multiperan tetapi hal tersebut hanya perlu dihadapi.
Sesi diskusi diakhiri dengan bincang santai dan foto bersama. Ketua Umum Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Washfi Velasufah yang turut berkesempatan hadir dalam diskusi ini menyampaikan kesannya.
"Tadi diskusinya seru banget dari anak-anak muda AIMEP yang sangat terkesan dengan organisasi dan banom yang adai di NU seperti IPPNU, Fatayat, dan Muslimat," kata sosok yang kerap disapa Vela.
Ia berharap, "Semoga ke depannya ada diskusi semacam ini lagi serta lebih banyak anak muda khususnya dari IPPNU yang menjadi peserta di AIMEP."
Sebagai informasi, AIMEP merupakan program dari Mosaic Connections. Lembaga tersebut adalah sebuah konsultan di Melbourne yang spesialisasinya dalam bidang membangun kerja sama antara komunitas berbeda di Australia, Indonesia, dan Asia Tenggara.
AIMEP dilaksanakan setiap tahun dan para delegasinya berasal dari Indonesia dan Australia.