Jakarta, NU Online
Seseorang dalam pikiran kalut, dianjurkan jangan berdzikir terlebih dahulu karena kemungkinan besar tidak akan khusuk. Sebelum berdzikir, sebaiknya menenangkan pikiran, menata batin dulu. Setelah tenang, barulah memulai berdzikir.
Menurut Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, musik adalah salah satu media untuk menenangkan diri ketika dalam keadaan kalut.
“Musik itu pengantar dzikir untuk membersihkan kita selama di perjalanan di luar rumah, mendapatkan sesuatu tidak kita senangi, yang menjengkelkan, melupakan apa yang baru terjadi. Kemudian selesai, lupa betul, jernih, baru masuk dzikrullah,” katanya di Gedung PBNU, Jakarta, Kamis, (8/3).
Menurut dia, dalam keadaan pikiran tenang, Insyaallah dzikir kepada Allah, bukan hanya lisan semata, tapi bersamaan dengan hati.
Musik yang baik dengan syair yang indah dan dengan suara penyanyi merdu, menurutnya, bisa menjadikan pendengarnya terharu, menitikkan air mata, emosional.
Lebih lanjut ia menceritakan tentang Pytagoras, filosof Yunani kuno sebelum Plato. Filosof itu suatu ketika bermain musik dan bernyanyi di pinggir pantai. Kemudian ikan-ikan berdatangan dan burung-burung hinggap di bahunya, di kepalanya.
Di dalam sejarah peradaban Islam, tokoh Muslim yang terkenal dalam bermusik adalah Abu Nasr Al-Farabi. Ia adalah yang menemukan alat musik yang kemudian disebut al-qonun. Alat musik itu dalam perkembangannya sekarang menjadi organ.
Al-qonun itu, lanjutnya, dipakai di Mesir ketika zaman Umu Kultsum. Saat ini sepertinya sudah jarang pemusik yang menggunakannya. Pada zaman itu, seorang pemimpin grup musik biasanya orang yang ahli dalam bermain qonun.
“Al-Farabi menulis buku tebal Al-Musiqal Kubra, saya punya kitabnya,” lanjutnya.
Kiai Said kemudian mengutip seorang waliyullah, Al-Imam Dzu Nun Al-Mishri (wafat tahun 245 Hijriyah). Menurut dia, musik itu suara kebenaran, suara hak, sementara yang palsu itu dari mulut.
“Musik tidak ada yang bohong. Suara kebenaran yang bisa menggugah hati manusia menuju Allah, menuju kebenaran,” kutipnya.
Ia melanjutkan kutipan Al-Imam Dzu Nun Al-Mishri, barangsiapa mendengarkan suara musik dengan betul-betul mencapai hakikat, dengan tujuan positif, dia akan mencapat kepada hakikat. Tapi barangsiapa mendengarkan musik dengan syahwat, dia akan pada ke-zindiq-an.
“Walhasil, menurut ajaran sufi, beberapa, tidak semuanya, musik mempunyai peran yang sangat penting di dalam memperhalus, mempertajam, mencerdaskan emosi, dzauq, intuisi, dengan cepat menuju ma’rifat, mendakatkan diri kepada Allah,” lanjutnya. (Abdullah Alawi)