Jombang, NU Online
Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi Islam besar yang mengakui Indonesia sebagai negara kesatuan berlandaskan Pancasila. Pengakuan tersebut dibuktikan dengan berbagai kiprah, baik melalui NU, individu hingga badan-badan otonomnya yang mengakui ke-Indonesiaan sehingga membuat negara ini tidak seperti etalase yang memajang rokok, biskuit, atau susu bayi dengan berbagai merk.<>
"Indonesia merupakan negara memiliki diversitas budaya dan mengakui keberagaman agama. NU sebagai organisasi massa Islam tidak kaku terhadap agama-agama lain, beragam orang dari berbagai disiplin ilmu, profesi dan suku tergabung di dalamnya," kata Ketua PC GP Ansor Waykanan, Gatot Arifianto, di Jombang, Jawa Timur, Rabu (5/8).
Jika NU mengajarkan kekakuan, tidak akan orang Papua, Sunda, Kalimantan, Aceh hingga Jawa, mau bergabung di NU. Jika NU menanamkan kebekuan, tidak akan penganut Islam berdampingan berdiskusi dengan penganut agama lain, seperti Budha, Hindu, Nasrani.
"Produk-produk di dalam etalase itu berdampingan, tapi tidak pernah bertegur sapa. NU membuat Indonesia tidak demikian. NU sejak dulu dan kini dengan jargon Islam Nusantaranya membuat Indonesia tidak demikian. Bayangkan jika negara dengan masyarakatnya terlihat beragam, berdampingan tapi tidak bertegur sapa? Indonesia hanya akan menjadi negara pura-pura beragam," kata pemilik gelar adat Lampung Ratu Ulangan itu pula.
Pelaksaanaan atas pengakuan keragaman oleh NU juga dilakukan Nahdliyin muda di sejumlah tempat, seperti di Kalimantan Timur, Lampung hingga Malang dan Jombang, Jawa Timur.
"Salah satu prinsip dari Aswaja ialah tasamuh atau toleran. Diskusi lintas iman dan agama di Malang seringkali dilakukan itu menjadi ciri khas pemuda tergabung dalam Forum Kerukunan Pemuda Lintas Iman (FK Pelita)," ujar aktivis Gerakan Gusdurian Muda (Garuda) Malang, Jawa Timur, Anas Ahimsa menambahkan.
Diskusi yang seringkali dilakukan di Malang menurut dia dilakukan untuk membuka diri, menjaga keberagaman, karena sebelumnya forum komunikasi lintas iman di Malang selalu tertutup.
"Ada keasyikan masing-masing komunitas, bergerak sendiri-sendiri. Maka melalui Gusdurian, individu-individu yang meneruskan pemikiran Gus Dur, yang merupakan Ketua Umum PBNU tiga periode, kita berbicara dan bekerja untuk perdamaian sehingga Indonesia tidak lagi menjadi negara etalase semata," kata Anas lagi.
Pada pembukaan Muktamar ke-33 NU, Jaringan Lintas Iman Nusantara dipelopori aktivis muda NU Jombang Aan Anshori menggelar "Silaturahmi dan Dialog Kultural" di foof court Denala, Jombang, Jawa Timur, Sabtu (1/8). Temanya, "Meneguhkan Indonesia Sebagai Rumah Bersama".
"NU sebagai organisasi Islam memainkan peran strategis memainkan komitmen kebangsaan yang dicontohkan oleh para pendiri NU dalam merebut kemerdekaan hingga dalam memformulasikan bentuk negara," kata Irham Ali Syaifudin, salah satu penggerak acara Musyawarah Kaum Muda Nahdlatul Ulama menambahkan.
Indonesia hari ini berada di tengah-tengah provokasi, baik oleh Islam dan non Islam yang berusaha mengerogoti dan mempertanyakan kebhinekaan sudah terbangun.
"Dan komitmen NU akan kebhinekaan jelas. Tantangan ke depan adalah kita bisa keluar dari jebakan negara kita bukan lagi negara bhineka. Hari ini ada Islamisasi, ada ISIS yang berahklak seperti itu, ada yang menumbuhkan kalangan intoleransi. Dan NU selalu berperan dalam hal-hal semacam itu, membuat negara ini tidak seperti etalase yang memajang aneka produks semata," kata Irham. (Tegar Inartsa/Anam)