Nasional

P2G Tegaskan MBG Bukan Mandat Pendidikan, BGN Minta Masyarakat Bersyukur

Selasa, 23 Desember 2025 | 20:30 WIB

P2G Tegaskan MBG Bukan Mandat Pendidikan, BGN Minta Masyarakat Bersyukur

Kepala Bidang Advokasi P2G Iman Zanatul Haeri saat menjadi penanya dalam diskusi publik Refleksi Setahun MBG di Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (23/12/2025). (Foto: dok. panitia)

Jakarta, NU Online

Kepala Bidang Advokasi Guru di Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Iman Zanatul Haeri menegaskan, program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan mandat pendidikan, melainkan mandat kesejahteraan sosial dan kesehatan.


Hal itu disampaikannya saat menjadi penanggap dan penanya dalam diskusi publik bertajuk Refleksi Program MBG: Antara Janji Politik, Tata Kelola, dan Dampak yang digelar di Ruang Belajar Alex Tilaar, Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa (23/12/2025).


"Kami berkesimpulan bahwa MBG itu bukan mandat pendidikan, karena dari Rp757 triliun anggaran pendidikan, 20 persen anggaran pendidikan itu sekitar Rp220 triliun sekian itu untuk MBG atau hampir sepertiganya," tegas Iman.


Ia juga menjelaskan bahwa di luar negeri, dapur MBG itu menyatu dengan sekolah, sedangkan di Indonesia berada di luar. Inilah yang mengakibatkan mobil SPPG menabrak siswa SDN Kalibaru 01 Pagi, Cilincing, Jakarta Utara, pada 11 Desember 2025.


Iman juga menyayangkan gaji guru, khususnya honorer yang tidak sepadan dengan pengeluaran negara untuk program MBG. Dari gaji guru honorer hanya Rp400 ribu itu, katanya, hanya untuk satu piring MBG per hari.


"Jadi menurut kami, ini sangat tidak berkeadilan sekali, sangat diskriminatif karena kalau MBG ini menginginkan anggaran pendidikan, maka dia harus menjadi mandat pendidikan. Dengan demikian MBG datang ke sekolah itu untuk membantu pembelajaran," jelasnya.


Dewan Pakar BGN minta masyarakat bersyukur

Meski banyak kejanggalan dan kasus dalam program MBG, Dewan Pakar Badan Gizi Nasional (BGN) Ikeu Tanziha meminta masyarakat, khusunya siswa dan guru, untuk tidak mengunggah berbagai kasus itu ke media sosial.


Menurutnya, mengunggah masalah ke media sosial tidak akan membuahkan solusi. Ia meminta masyarakat untuk bersyukur dengan adanya program MBG, sebagaimana yang dilakukan oleh para siswa di Jepang.


"Kalau di-posting, adakah kepuasan misalnya di anak itu? Terus kepuasan apa yang diperoleh dari anak itu? Membangun karakter ini contohnya di Jepang. Dia itu betul-betul banyak bersyukur, pintar berterima kasih," katanya menanggapi pernyataan Iman.


"Jangan sampai anak itu harus sedikit-sedikit posting, sedikit-sedikit posting sampai akhirnya permasalahan pribadi pun akhirnya di-posting, lupa bahwa itu permasalahan pribadi yang harusnya ranahnya ranah pribadi," tambahnya.


Ikeu mengingatkan agar tidak menelurkan pendidikan yang permisif kepada siswa tanpa landasan norma yang diakui oleh masyarakat.


"Jadi kita membangun karakter, Nak, kalau ada masalah mari kita bicarakan bersama. Jadi jangan di-posting," terangnya.