Pakar Epidemiologi: Tak Perlu Paranoid Hadapi Lonjakan Covid-19
Kamis, 3 Februari 2022 | 18:30 WIB
Pakar Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dr Syahrizal Syarif. (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Kasus Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan tajam. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat per 2 Februari 2022 Indonesia mendapati penambahan kasus positif mencapai 17.895. Pakar Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dr Syahrizal Syarif mengimbau masyarakat untuk tidak paranoid.
“Tidak perlu paranoid, jangan khawatir berlebihan,” kata dr Syahrizal saat dihubungi NU Online, Kamis (3/2/2022).
Hal tersebut, sambungnya, lantaran cakupan vaksinasi saat ini sudah jauh lebih baik dibanding saat gelombang kedua. Selain itu, penerapan protokol kesehatan (prokes) sebagaimana yang dianjurkan juga terus dilakukan.
“Perbedaannya adalah waktu Delta itu cakupan vaksinasi masih rendah,” terangnya.
Melihat tren kenaikan kasus harian saat ini, ia menilai lonjakan kasus berpotensi lebih tinggi daripada saat varian Delta menyerang di gelombang kedua. Meski begitu, optimalisasi cakupan vaksinasi hingga kini dinilai cukup efektif menekan tingkat keparahan dan kematian kasus Covid-19 di Indonesia.
“Vaksinasi melindungi dari terjadinya kasus-kasus serius,” ujarnya.
Selain vaksinasi primer, ia menganjurkan masyarakat untuk segera mendapatkan vaksin lanjutan atau booster. Vaksin booster menyasar masyarakat usia 18 tahun ke atas, diprioritaskan kepada kelompok lanjut usia, dan penderita imunokompromais.
“Masyarakat kalau ada kesempatan booster, bisa booster secepatnya,” tuturnya.
Senada, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Nahdlatul Ulama (NU) Peduli Covid-19 Muhammad Makky Zamzami menyampaikan masyarakat yang termasuk kriteria penerima booster, untuk segera menerima vaksin booster.
“Dengan adanya program booster, saya rasa itu perlu juga untuk pencegahan. Karena itu akan menghambat laju penularan semakin tinggi,”
Ia menerangkan, kasus pasien positif Covid-19 yang telah divaksin pada umumnya mempunyai gejala ringan hingga sedang. Selain itu, tingkat kesembuhannya juga terbilang sangat tinggi.
“Gejala ringan sampai sedang seperti batuk, pilek, dan tingkat kesembuhannya sangat tinggi,” katanya.
Berbeda kondisi apabila dengan yang belum menerima vaksinasi, dr Makky menerangkan bahwa pasien berpotensi mengalami gejala berat setelah tertular.
“Sebagian besar entah itu varian apapun, orang belum divaksin akan lebih lama merespons untuk pembentukan daya tahan tubuh. Jadi artinya, akan butuh proses yang lebih panjang untuk badannya membuat daya tahan tubuh,” ungkapnya.
Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin