Nasional

Pameran Dialog Peradaban Gus Dur-Ikeda: Merawat Persahabatan untuk Perdamaian

Senin, 13 Oktober 2025 | 14:00 WIB

Pameran Dialog Peradaban Gus Dur-Ikeda: Merawat Persahabatan untuk Perdamaian

Inayah Wahid pada pembukaan Pameran Gus Dur dan Daisaku Ikeda untuk Kemanusiaan: Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian di Makara Art Centre, UI Depok, Senin (13/10/2025). (Foto: NU Online/Afrilia)

Jakarta, NU Online

Pembukaan pameran bertajuk Gus Dur dan Daisaku Ikeda untuk Kemanusiaan: Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian diselenggarakan di Makara Art Centre, Universitas Indonesia, Depok, Senin (13/10/2024). Pameran yang diselenggarakan oleh Yayasan Bani Abdurrahman Wahid bersama Soka Gakkai Indonesia akan berlangsung hingga 23 Oktober 2025 mendatang.


Ketua Pelaksana Pameran, Inayah Wahid, menyampaikan kegiatan ini digelar untuk memperingati 15 tahun pertemuan Gus Dur dan Daisaku Ikeda yang kemudian diabadikan dalam sebuah buku.


Inayah menekankan bahwa tujuan utama acara ini adalah memperkuat persahabatan di atas segala perbedaan, karena persahabatan merupakan fondasi fundamental dalam membangun peradaban dan perdamaian.


“Kami gak muluk-muluk, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membangun persahabatan. Gelombang persahabatan harus terus diciptakan, sebab persahabatan adalah awal dari perdamaian,” ujar Inayah Wahid dalam sambutannya.


“Ini tentu saja adalah hasil dari hubungan yang sudah berjalan sebelumnya, yang sudah dijalin sebelumnya oleh Gus Dur dan juga oleh Daisaku Ikeda,” imbuhnya.


Lebih lanjut, Inayah menyoroti bahwa hubungan manusia yang tulus seringkali terabaikan dalam dinamika global saat ini.


“Hubungan menjadi sesuatu yang sulit ditemukan akhir-akhir ini. Hubungan internasional hari ini seolah semata-mata hanya hubungan politik. Hubungan internasional hari ini dibatasi kesamaan bukan keberagaman padahal manusia tidak pernah seragam. Hari ini, karena hubungan pertemanan tersebut hubungan semata-mata manusia Pameran Dialog Peradaban 2025 ini bisa terselenggara,” jelasnya.


Buku Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian yang dihasilkan dari pertemuan kedua tokoh tersebut dianggap relevan dengan kondisi global saat ini yang masih diwarnai dehumanisasi di berbagai bidang.


Inayah menjelaskan bahwa dialog dalam buku itu bermula 15 tahun lalu ketika Gus Dur dan Ikeda bertemu untuk pertama kalinya, merekam percakapan mereka sebagai pemimpin agama dan tokoh perdamaian.


“Dua-duanya banyak bicara soal perdamaian. Mereka ketemu pertama kali, kemudian hasil pertemuan keduanya dijadikan buku. Dialog Peradaban Dunia ini dikeluarkan 15 tahun lalu,” paparnya. Ia juga menekankan relevansi isi buku dengan situasi Indonesia hari ini, seperti kesulitan mendirikan rumah ibadah dan pengusiran terhadap tempat-tempat peribadatan, yang semuanya dibahas secara mendalam dalam buku tersebut.


Senada, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Agama RI, M. Ali Ramdhani, menyampaikan apresiasinya terhadap kontribusi kedua tokoh tersebut. Ia mengungkapkan bahwa pekerjaan di bidang moderasi beragama menjadi lebih mudah berkat pemikiran Gus Dur dan Daisaku Ikeda.


“Kami hanya mengambil intisari dari pemahaman keduanya terhadap dinamika kehidupan untuk kemudian kami amplifikasi, sosialisasikan cara kedua orang besar ini mengentaskan problematika kehidupan, khususnya dalam mengusung nilai-nilai peradaban dan perdamaian,” ujar Ali Ramdhani.


Ia menambahkan, kedua tokoh ini (Gus Dur dan Daisaku Ikeda) kemudian menemukan bahwa toleransi dan perdamaian sesungguhnya dapat dilakukan oleh siapa pun dan memiliki wajah yang manis.” 


Menurutnya, pameran ini tidak hanya menjadi ruang untuk menghayati pemikiran kedua tokoh, tetapi juga membangun dialog guna menelusuri relevansinya dengan tantangan peradaban saat ini.


Acara yang digelar di Makara Art Center Universitas Indonesia ini dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai kalangan, termasuk civitas akademika UI, pelajar, dan masyarakat umum, menunjukkan antusiasme publik terhadap warisan pemikiran kedua tokoh yang menjunjung tinggi nilai persahabatan dan perdamaian.


Sebelumnya, pameran ini telah digelar di Masjid Istiqlal dan rencananya akan dilanjutkan di Pusat Kebudayaan Soka Gakkai Indonesia.

 

Selain pameran, rangkaian kegiatan juga mencakup peluncuran versi audio book, dengan tiga poin utama: memunculkan isi buku, menghadirkan sosok Gus Dur dan Daisaku Ikeda dalam keseharian, serta menampilkan pesan perdamaian melalui karya seni.